Kamis 19 Dec 2024 14:35 WIB

Penjualan Mobil Eropa Jeblok, Prancis dan Italia jadi Pemimpin Anjloknya

Penjualan Tesla di Eropa turun 40 persen di November.

 Mobil listrik Renault R5 E-Tech dipamerkan di hari khusus media di Pameran Mobil Paris 2024 di Paris, Prancis, 14 Oktober 2024
Foto: REUTERS
Mobil listrik Renault R5 E-Tech dipamerkan di hari khusus media di Pameran Mobil Paris 2024 di Paris, Prancis, 14 Oktober 2024

REPUBLIKA.CO.ID,Pertumbuhan penjualan mobil di Eropa kembali negatif pada bulan November, setelah menunjukkan pertumbuhan yang sedikit pada bulan Oktober, terbebani oleh penurunan tajam di Prancis dan Italia, dan stagnasi di Jerman.

Menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa (ACEA), Kamis (19/12/2024) perlambatan penjualan kendaraan listrik (EV) hanya sebagian diimbangi oleh pertumbuhan pendaftaran mobil hibrida-listrik, yang melampaui bensin selama tiga bulan berturut-turut.

Baca Juga

Para produsen mobil Eropa tengah berjuang dengan permintaan yang lemah, biaya produksi yang tinggi, dan mengelola peralihan ke EV, sembari mencoba menangkis persaingan dari China.

Jumlah kendaraan baru yang terdaftar pada bulan November di UE, Inggris, dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) turun 2 persen dari tahun ke tahun menjadi 1,06 juta.

Di antara merek, pendaftaran di UE, Inggris, dan EFTA, Volkswagen naik 2,8 persen dan sebesar 9,2 persen Renault. Sementara pendaftaran Stellantis turun 10,8 persen.

Penjualan mobil listrik penuh (BEV) turun 9,5 persen pada bulan November di UE, didorong oleh penurunan tajam di Prancis dan Jerman, sementara mobil hibrida (HEV) naik 18,5 persen, menunjukkan pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut.

Tesla dan SAIC Motor, yang menjadi subjek tarif baru UE untuk mobil buatan Tiongkok mulai November, mengalami penurunan penjualan di blok tersebut masing-masing sebesar 40,9 persen dan 7,8 persen.

Kendaraan listrik - baik BEV, HEV atau hibrida plug-in (PHEV) - yang dijual di blok tersebut menyumbang 55,8 persen dari pendaftaran mobil penumpang pada bulan November, naik dari 51,8 persen pada tahun sebelumnya.

Seiring dengan target pengurangan emisi karbon dioksida baru Uni Eropa yang akan segera ditetapkan tahun depan, ACEA mengatakan bahwa peninjauan ulang terhadap peraturan tersebut diperlukan dan sedang mengadakan diskusi dengan anggota parlemen Uni Eropa tentang hal itu.

"Transisi tersebut dikerjakan di atas kertas. Di atas kertas, mungkin gambarannya sempurna, tetapi kenyataannya berbeda", Direktur Jenderal ACEA Sigrid de Vries mengatakan kepada Reuters pada Selasa.

"Di Eropa, kami memiliki beberapa masalah. Kami memiliki harga energi dan listrik yang sangat mahal. Kami belum memiliki bahan baku dan rantai pasokan yang kami butuhkan untuk elektrifikasi di Eropa sendiri," tambahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement