REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Allianz Global Investors (AllianzGI) menilai 2026 sebagai tahun yang tetap konstruktif bagi pasar global. Proyeksi tersebut didorong ekspansi teknologi, stabilitas inflasi, serta pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal di berbagai negara. Namun, dinamika pasar yang terus berubah menuntut investor mengadopsi strategi yang lebih selektif dan terdiversifikasi guna menangkap peluang secara optimal.
“Kami menilai ekonomi global pada 2026 akan tetap solid, ditopang belanja teknologi, terutama terkait artificial intelligence (AI), yang menjadi penopang utama ekonomi global,” ujar Tim CIO AllianzGI dalam laporan analisis Outlook 2026, Senin (15/12/2025).
Menurut AllianzGI, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai sekitar 2,7 persen pada 2026, melambat secara moderat dibandingkan 2025, namun tetap berada pada lintasan positif. Investasi pada teknologi dan AI menjadi faktor utama yang mengimbangi risiko lanjutan dari perang dagang dan fragmentasi rantai pasokan.
“Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih dibayangi oleh sejumlah risiko. Dampak lanjutan dari perang dagang diproyeksikan terus menekan rantai pasokan, yang pada akhirnya dapat memicu fragmentasi arus perdagangan maupun aliran modal,” tulis tim AllianzGI.
AllianzGI menilai ekonomi global mampu mempertahankan ketahanan meski masih dihadapkan pada potensi lanjutan perang dagang dan fragmentasi perdagangan. Inflasi diperkirakan bergerak beragam, dengan Amerika Serikat (AS) cenderung berada di atas 3 persen, sementara Eropa dan Asia relatif lebih stabil dengan tekanan harga yang terkendali.
“Valuasi teknologi dan kekhawatiran terkait pinjaman nonbank menuntut kehati-hatian investor, tetapi suku bunga yang lebih rendah serta leverage sektor swasta yang terbatas mampu meredakan risiko,” sambungnya.