REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) menargetkan peningkatan layanan ekspor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan pengembangan inisiatif keberlanjutan serta efisiensi energi guna mendukung pengurangan emisi sektor logistik kendaraan.
Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi menyebutkan, ekspor EV melalui Terminal IKT pada Januari–Oktober 2025 berjumlah sekitar 29.000 unit, bagian dari total ekspor kendaraan nasional yang mencapai sekitar 550.000 unit per tahun, dengan impor berada di kisaran 100.000–125.000 unit.
“Ekosistem EV terus berkembang. Kami meningkatkan infrastruktur agar layanan ekspor kendaraan listrik makin andal dan kompetitif,” kata Sugeng dalam Media Expose SPMT Group di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, merek China seperti BYD, Chery, dan Wuling mendominasi ekspor EV dari Indonesia seiring relaksasi PPNBM serta efisiensi teknologi baterai yang semakin tinggi. Hal itu menjadi peluang bagi pabrikan untuk memperbesar produksi berorientasi ekspor.
Untuk mendukung operasional ramah lingkungan, IPCC juga menerapkan langkah efisiensi energi dan pengurangan sampah plastik di area terminal, termasuk pengaturan penggunaan AC, optimalisasi pencahayaan alami, serta penataan pengelolaan limbah.
Perseroan juga telah menyediakan fasilitas pengisian daya, area inspeksi khusus EV, serta standar keamanan baterai dalam penanganan di dermaga.
Sugeng menegaskan, praktik logistik yang berkelanjutan tidak hanya menekan emisi, tetapi juga menjaga daya saing Indonesia dalam rantai pasok otomotif global. “Industri otomotif bergerak ke elektrifikasi. Layanan logistik kendaraan harus mengikuti kebutuhan pasar ekspor yang semakin hijau,” ujar dia.
IPCC merupakan bagian dari Pelindo Multi Terminal (SPMT) yang mengoperasikan terminal kendaraan di Jakarta (IKT), Belawan, dan Makassar, dengan kontribusi terbesar berasal dari layanan ekspor–impor kendaraan yang mencapai sekitar 80 persen dari total pendapatan perusahaan.