REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,39 triliun pada kuartal pertama 2021. Adapun realisasi ini sejalan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio yang ditetapkan pada level 200,5 persen, lebih tinggi dari posisi akhir 2020 sebesar 182,4 persen.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan saat ini kondisi kinerja perseroan sudah jauh lebih baik. Tercatat perolehan laba bersih sebelum pencadangan sebesar Rp 7,84 triliun.
"Posisi laba bersih sebelum pencadangan ini, bahkan lebih baik dari Maret 2020 sebesar Rp 7,4 triliun. Artinya, posisi ini sudah lebih baik dari masa sebelum pandemi tahun lalu," ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (27/4).
Novita mengaku perseroan masih sangat konservatif menjaga stabilitas keuangan. Tercatat coverage rasio kredit bermasalah ditingkatkan sebesar 200,5 persen dari akhir tahun lalu yang berada 182,4 persen.
"Ini akan ditujukan untuk menjaga fundamental lebih kuat hingga akhir tahun ini," ucapnya.
Dari sisi penghimpunan dana pada kuartal pertama 2021, perseroan mencatat dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,1 persen menjadi Rp 639,0 triliun. Adapun kenaikan terutama dikontribusikan oleh peningkatan giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh 13,1 persen dan 12,9 persen.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menambahkan realisasi tersebut sebagai salah satu franchise DPK yang kuat pada industri perbankan. “Di tengah tren penurunan suku bunga kredit untuk mendorong perekonomian nasional, perseroan berupaya untuk memastikan pertumbuhan DPK yang sehat dalam rangka menjaga marjin bunga bersih atau net interest margin,” ucapnya.
Tercatat pada kuartal pertama 2021, perseroan membukukan NIM dari 4,5 persen pada akhir tahun 2020 yang lalu menjadi 4,9 persen.
Menurutnya pencapaian tersebut juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2 persen, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri pada kuartal satu 2021. Tercatat total kredit yang disalurkan perseroan sebesar Rp 559,33 triliun.
Emiten berkode saham BBNI ini dapat merealisasikan pendapatan nonbunga atau fee based income sebesar Rp 3,19 triliun. Adapun pencapaian ini antara lain dikontribusikan oleh recurring fee sebesar Rp 2,91 triliun atau tumbuh 9,4 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya.
“Pendapatan recurring fee berasal dari komisi atas jasa transaksi perbankan seperti layanan cash management dan trade finance bagi segmen bisnis, serta layanan ATM, mobile banking, dan layanan elektronik atau e-channel lainnya segmen ritel,” ucapnya.