REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian BUMN akan membentuk holding panas bumi. Holding ini akan menggabungkan aset-aset yang dimiliki PLN, Pertamina, dan Geodipa untuk menjadi perusahaan besar yang bergerak di bidang panas bumi.
Wakil Menteri I Kementerian BUMN, Pahala Mashury menjelaskan rencana pembentukan holding panas bumi ini memang bertujuan untuk meningkatkan sinergi BUMN BUMN yang punya wilayah kerja panas bumi.
Kedepannya, melalui holding ini maka kerja operasional bisa lebih efektif. Disatu sisi, geliat eksplorasi panas bumi untuk bisa memanfaatkan sebesar besarnya potensi dalam negeri bisa terwujud.
"Kami memang punya rencana untuk menggabungkan aset panas bumi dari ketiganya. Pertamina, PLN dan Geodipa. Ini nantinya akan terbentuk sinergi yang optimal dalam pengembangan, pengeboran, transmisi energi dan juga pendanaan," ujar Pahala kepada Republika.co.id, Ahad (21/2).
Pahala juga menjelaskan dengan adanya holding panas bumi ini maka Indonesia akan memiliki perusahaan geothermal terbesar di dunia. Dia mengatakan dalam kapasitas terpasang panas bumi melalui holding ini akan naik cukup signifikan. "Ini merupakan inisiatif pengembangan baru dan terbarukan. Rencana kami realisasinya di 2021," ujar Pahala.
Executive Director Of Institute For Essensial Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menilai langkah pemerintah dalam membentuk holding panas bumi ini merupakan keputusan yang tepat.
Dia menilai selama ini potensi panas bumi yang ada di Indonesia sangat besar. Namun untuk bisa melakukan pengembangan butuh capital yang cukup dan juga teknolgi yang kuat.
Untuk bisa mencapai kekuatan tersebut, dengan pembentukan holding rencana pemanfaatan panas bumi bisa dilakukan secara maksimal. "Untuk holding panas bumi, saya kira konsolidasi BUMN ini punya nilai strategis," ujar Fabby kepada Republika.co.id, Ahad (21/2).
Dia mengatakan kedepan dengan terbentuknya holding panas bumi maka langkah eksplorasi bisa ditingkatkan. Disatu sisi, ini bisa menjadi bergaining position Indonesia dalam sektor panas bumi dunia.
"Diharapkan dengan konsolidasi ini, eksplorasi bisa ditingkatkan, demikian juga dengan pengembangan area panas bumi, serta bargaining position energi panas bumi di PLN," ujar Fabby.
Rencananya, holding panas bumi ini akan diisi oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Perusahaan Listrik Negara Gas dan Geothermal (PLN GG) dan PT Geodipa. Ketiga perusahaan ini punya rencana dan aset yang sudah beroperasi hingga saat ini.
Untuk PGE, dalam lima tahun ke depan berencana untuk menggandakan kapasitas terpasang PLTP dari kapasitas eksisting sebesar 672 MW menjadi sekitar 1.300 MW atau (1,3 GW).
Saat ini PGE mengelola 14 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation). Selain itu, PGE juga mempunyai 1.205 MW yang dijalankan secara joint operation contract (JOC).
Geo Dipa memiliki sejumlah lapangan panas bumi eksisting, yakni Dieng yang mengoperasikan kapasitas 60 MW. Geo Dipa juga mengoperasikan PLPT Patuha dengan kapasitas 60 MW, dan sedang dikembangkan untuk Unit 2 dan 3 dengan kapasitas 55 MW. Selain itu, Geo Dipa juga memiliki area prospek Cadradimuka di Banjarnegara, Jawa Tengah yang memiliki potensi 80 MWe.
Sampai 2020, PLN GG telah berkontribusi dalam counterpart bersama dengan melakukan percepatan pengembangan 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Ungaran, Wilis, Cisolok Sukarame, Kapahiang, Danau Ranau, Gn Geurodong, Atadei, Songa Wayaua, Oka Ile Ange, Gn Sirung, dan Talaga Ranu. Termasuk WKP Eksisting, Tangkuban Perahu, Ulumbu dan Mataloko dengan total potensi mencapai 305 Megawatt (MW).