Selasa 02 Feb 2021 14:48 WIB

Aspal Buton Jadi Potensi Komoditas Ekspor

Asbuton di Indonesia memiliki potensi sebesar 694 juta ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi pengaspalan. Pemerintah kian serius untuk menggarap potensi Aspal Buton (Asbuton) yang melimpah.
Foto:

Lebih lanjut, Direktur Operasi PT Wijaya Karya (Wika) Bitumen Sri Mulyono menyampaikan Asbuton juga berpotensi untuk mengisi pasar ekspor. “Selain sebagai penghasil Asbuton untuk kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga berpeluang untuk menjadi negara pengekspor Asbuton Murni yang setara dengan Aspal Minyak pada tahun 2024 dengan rencana pengembangan ekspansi pabrik full extraction,” ungkap Sri Mulyono. 

Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi. Menurutnya, Indonesia telah membangun jalan dengan Asbuton sejak tahun 1926, tetapi baru kali ini industri Asbuton dibangun menggunakan high technology. Ia pun berharap industri Asbuton ini dapat segera terealisasi karena sudah ada kebijakan pemerintah yang mengatur.

Sebagai informasi, terdapat tujuh jenis Aspal Buton, yakni B 5/20 Buton Granular Asphalt (BGA), B 50/30 Lawele Granular Asphalt (LGA), pracampur performance grade (PG) 70, pracampur PG 76, pracampur, cold paving hot mix Asbuton (CPHMA), dan Asbuton Murni. Dengan kapasitas terpasang sebanyak 1.995.000 ton per tahun, target produksi di Indonesia pada 2021 baru sepertiganya, yakni sebesar 705,300 ton per tahun. 

Direktur Utama PT Kartika Prima Abadi Irwan Hermanto menyampaikan untuk pengolahan ekstraksi tahap 1 di Buton, pabrik memiliki kapasitas terpasang sebanyak 100.000 ton aspal ekstrak. Sedangkan di ekstraksi tahap 2 di tahun 2025, pabrik akan memiliki kapasitas terpasang sebanyak 500.000 ton aspal ekstrak per tahun.

Pada tahun ini, diharapkan pemanfaatan Asbuton sebagai produk dalam negeri dapat meningkat sehingga bisa menaikan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 30 persen-89 persen. Untuk mewujudkan hal tersebut Ayodhia mengatakan diperlukan usaha dari berbagai aspek, mulai dari sektor hulu atau industri pertambangan, hingga sektor hilir atau industri pengolahan tambang.

Terkait sektor industri, perlu diperhatikan kesiapan untuk mengolah Asbuton menjadi produk yang sesuai dengan permintaan konstruksi jalan sehingga Asbuton dapat mulai digunakan untuk jalan desa, kabupaten/kota, dan provinsi di Indonesia, tentunya untuk kebutuhan jangka panjang negara. 

“Penyiapan infrastruktur pelabuhan dan jalan akses menjadi sangat penting untuk dapat mengirim produk Asbuton ke seluruh wilayah di Indonesia,” sebut Ayodhia.

Apabila hingga tahun 2025 terjadi peningkatan kapasitas Asbuton sebesar 33 persen, maka Asbuton akan mampu memenuhi kebutuhan aspal nasional sebesar 49,36 persen. Sisanya, sebesar 37,08 persen kebutuhan aspal akan diisi oleh Aspal Minyak Pertamina dan 13,61 persen akan diisi oleh Aspal Minyak Impor.

 

“Guna mencapai target tersebut, penggunaan Asbuton perlu memperoleh dukungan untuk menjadi prioritas, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, agar dapat digunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan desa,” pungkas Ayodhia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement