REPUBLIKA.CO.ID, MULTAN -- Direktur Proyek Dewan Akreditasi Nasional Pakistan (PNAC), Omar Qureshi, menegaskan sertifikasi halal merupakan hal yang wajib dipenuhi untuk menembus pasar halal global. Hal ini menjadi nilai mutlak jika eksportir Pakistan ingin mendapatkan bagian dari dua triliun dolar AS per tahun bisnis produk halal dunia.
"Pangsa Pakistan di pasar halal hampir tidak ada. Sudah saatnya bagi eksportir untuk memanfaatkan peluang bisnis ini," ujarnya saat berpidato di seminar di Kamar Dagang dan Industri Multan (MCCI) terkait kesadaran tentang sertifikasi halal, dilansir di Tribune Pakistan, Senin (16/11).
Ia juga menyebut, konsumen yang menyukai produk halal seringkali bingung saat membeli barang yang dibutuhkan. Sertifikasi halal merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi kebingungan tersebut dan merebut kepercayaan konsumen.
Menguraikan lebih lanjut situasi yang sedang berlangsung, ia menyatakan produk halal khususnya daging halal, diekspor oleh India, Prancis, Australia, Brazil, Selandia Baru dan China. Selain itu, Turki adalah satu-satunya negara dari dunia Muslim yang mengekstraksi bagiannya dari pasar halal global.
Qureshi menambahkan, akreditasi merupakan hal wajib dalam perdagangan global dan setiap negara memiliki satu dewan akreditasi. Di Asia, lembaga Asia Pacific Accreditation Council (APAC) mengawasi dan mensertifikasi produk halal.
Pakar teknis PNAC, Farooq Azam, mengatakan populasi Muslim semakin meningkat per-tahunnya. Pakistan juga disebut bisa memperoleh miliaran dolar jika eksportir mulai mengekspor produk halal hanya ke negara-negara Muslim.
Ia menggarisbawahi saat ini tidak hanya produk makanan halal yang dipromosikan. Keuangan syariah, obat-obatan halal, bahkan pariwisata halal telah menjamur dan diperkenalkan ke khalayak luas.
Wakil Presiden Senior MCCI, Syed Iftikhar Ali, mengatakan sertifikasi halal PNAC dapat membantu eksportir meningkatkan pangsa Pakistan dalam perdagangan global. Ia juga menambahkan sertifikasi akan membantu memastikan ketersediaan produk berkualitas baik di negara tersebut.
Ikuti Whatsapp Channel Republika