REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Raksasa teknologi keuangan China, Ant Group, akan melakukan debut pasar saham terbesar di dunia. Ant akan melepas saham senilai sekitar 34,4 miliar dolar AS di pasar saham Shanghai dan Hong Kong.
Penasihat Ant menetapkan harga saham pada Senin (26/10) di tengah laporan permintaan yang sangat kuat dari investor utama. Debut terbesar sebelumnya adalah 29,4 miliar dolar AS milik Saudi Aramco Desember lalu.
Ant hanya menjual sekitar 11 persen sahamnya. Tetapi valuasi seluruh bisnis Ant sekitar 313 miliar dolar AS, dilansir di BBC, Selasa (27/10).
Saham Jack Ma di Ant dilaporkan bernilai sekitar 17 miliar dolar AS, menjadikan kekayaan bersihnya mendekati 80 miliar dolar AS dan mengkonfirmasikannya sebagai orang terkaya di China.
Ant menjalankan Alipay, sistem pembayaran online yang dominan digunakan di China. Selain Alipay, Ant juga menawarkan layanan wealth management, asuransi, dan transfer uang.
Perusahaan diperkirakan akan melakukan pencatatan saham ganda di Shanghai dan Hong Kong pada pekan depan, menggarisbawahi pentingnya bursa Hong Kong sebagai pusat pembiayaan.
Pemerintahan Trump telah mengancam untuk membatasi akses perusahaan China ke pasar modal AS. Langkah yang diambil AS akibat dari perselisihan perdagangan jangka panjang antara Washington dan Beijing. Sebagai tanggapan, China meminta raksasa teknologi andalannya untuk mendaftar di pasar saham domestik.
Perusahaan teknologi China, termasuk NetEase dan JD.Com, telah mengumpulkan miliaran dengan menjual saham mereka melalui pasar saham Hong Kong.
Jack Ma mengatakan dalam sebuah konferensi di China pada hari Sabtu bahwa flotasi saham akan sangat penting bagi Shanghai dan Hong Kong.
"Ini adalah pertama kalinya listing besar seperti itu, yang terbesar dalam sejarah manusia, di luar Kota New York. Kami tidak akan berani memikirkannya lima tahun, atau bahkan tiga tahun lalu," kata Ma kepada Bund Summit.
Investor utama yang telah menandatangani flotasi saham sebelum listing, yang dijadwalkan 5 November, termasuk investor negara Singapura Temasek Holding dan dana kekayaan kedaulatan Abu Dhabi GIC dan Otoritas Investasi Abu Dhabi.
Analis mengatakan flotasi menawarkan investor kesempatan untuk mengamankan bagian dari sektor teknologi yang tumbuh cepat di Asia tersebut.
"Perdagangan digital dan platform infrastruktur di Asia memberikan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk para investor untuk menjadi bagian dari gelombang penciptaan nilai berikutnya di Asia," kata pakar pasar berkembang di konsultan EY, Varun Mittal, di Singapura.