REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jumlah warga Amerika Serikat (AS) yang mengajukan tunjangan pengangguran mengalami penurunan pada pekan lalu menjadi 860 ribu orang. Jumlah tersebut dinilai masih cukup tinggi meski pandemi Covid-19 telah berlangsung selama sembilan bulan di AS.
Sebelum pandemi melanda, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran tidak pernah melebihi 700 ribu orang. Namun dalam 26 minggu terakhir, jumlah pengajuan tunjangan pengangguran selalu mencapai di atas 700 ribu orang, dilansir AP, Jumat (18/9).
Pemutusan kerja secara besar-besaran di AS terjadi setelah ekonomi negara tersebut terguncang akibat Covid-19 yang melanda sejak awal tahun. Selama periode pandemi khususnya pada April hingga Juni 2020, jutaan pekerjaan hilang di AS.
Pemasok peralatan pertahanan asal AS, Raytheon Technologies Corp, pada tahun ini berencana untuk memangkas lebih dari 15 ribu pekerja dari perusahaannya. Pemangkasan terutama dilakukan di perusahaan pembuay mesin jet Pratt & Whitney serta produsen peralatan penerbangan dan militer Collins Aerospace.
Perusahaan yang berkaitan dengan industri penerbangan menjadi salah satu sektor yang paling banyak melakukan pemangkasan karyawan. Hal tersebut lantaran penurunan tajam dalam aktivitas perjalanan setelah diberlakulannya lockdown di sejumlah negara bagian.
Pada tahun ini, maskapai penerbangan mulai menerima dana sebesar 25 miliar dolar AS dalam bentuk hibah dan pinjaman guna mempertahankan gaji para pekerja selama enam bulan. Dengan uang yang berakhir pada 30 September, tiga operator terbesar AS diperkirakan akan memberhentikan sekitar 40 ribu pekerja mulai 1 Oktober.
Secara keseluruhan, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan bahwa 29,8 juta orang menerima semacam tunjangan pengangguran. Angka tersebut diperkirakan masih dapat meningkat di beberapa negara bagian.