REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--BUMN produsen bahan peledak, PT Dahana (Persero) terus melakukan beberapa upaya untuk mewujudkan kemandirian bahan peledak di Indonesia. Manager Humas dan Kelembagaan Dahana Juli Jajuli mengatakan saat ini Dahana sedang membangun pabrik Elemented Detonator dikawasan Energetic Material Center di Subang, Jawa Barat dan Pabrik Amonium Nitrat (AN) di Bontang, Kalimantan Timur.
"Pembangunan Pabrik AN sendiri akan menjadi katalisator bagi tumbuh dan kembangnya industri turunannya, baik untuk sektor bahan peledak komersial maupun pertahanan," ujar Juli dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (4/9).
Juli menilai kehadiran Pabrik Amonium Nitrat dapat mengikis ketergantungan impor bahan peledak. Hal ini merupakan perkembangan yang positif dalam membangun kemandirian industri bahan peledak.
"Kemandirian industri bahan peledak yang terlepas dari ketergantungan impor menjadi sebuah keniscayaan, khususnya industri pertahanan yang berujung pada kemandirian alutsista nasional," lanjut Juli.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kebijakan impor bahan peledak komersial, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengunjungi fasilitas produksi dan gudang penyimpanan bahan peledak komersial milik Dahana di area terbatas Ring I Energetic Material Center Dahana, Subang, Kamis (3/9).
Kepala Seksi Barang Kimia dan Bahan Berbahaya, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag M Ashari Firdaus mengatakan kunjungan kerja ini merupakan kegiatan rutin guna memonitor dan mengevaluasi tentang kebijakan impor barang kimia dan bahan berbahaya, termasuk didalamnya adalah bahan peledak komersial.
"Kegiatan kunjungan seperti ini rutin dilakukan kepada setiap perusahaan yang melakukan aktivitas kegiatan impor barang kimia maupun bahan berbahaya lainya, jadi tidak hanya ke Dahana saja," ucap Ashari.
Ashari berharap Dahana sudah mampu memproduksi sendiri, mulai dari bahan baku hingga hasil jadi bahan peledak komersial tanpa melakukan impor lagi. "Akan bagus sekali nantinya jika semua bisa diproduksi secara mandiri di dalam negeri," kata Ashari.