REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan beroperasinya enam proyek kilang Pertamina maka diproyeksikan kebutuhan Pertamina akan minyak mentah akan melonjak. Namun disatu sisi, impor atas BBM bisa turun.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan pertamina impor produk BBM akan berangsur menurun ke kisaran 200 ribu barel per hari. Adapun, di tahun 2019 lalu volume Impor BBM tercatat mencapai level 400 ribu bph. "Kebutuhan crude akan meningkat dan kebutuhan impor BBM produk menurun dan 2026 tidak lagi impor BBM," ujar Nicke di Komisi VII DPR RI, Senin (31/8).
Jumlah ini diproyeksi menurun pada tahun ini ke kisaran 200 ribu bph hingga 300 ribu bph. Penurunan volume impor BBM di rentang tahun 2023-2024 berpotensi terjadi sejalan dengan rampungnya pengembangan Kilang Balikpapan.
Pertamina memproyeksikan penambahan impor crude akan mulai terjadi di 2023 di kisaran 450 ribu bph dan 2024 bertambah 100 ribu bph menjadi sekitar 550 ribu bph.
Nicke menambahkan, perubahan kebutuhan komponen impor dari produk BBM ke crude bakal memberikan nilai tambah. "Akan memberikan nilai tambah berupa penghematan nilai impor. Ada selisih," kata Nicke.
Merujuk paparan Pertamina, dengan mulai beroperasinya Kilang-kulang Pertamina terhitung sejak 2023 mendatang maka ada nilai tambah dalam impor ekspor migas dan Petrokimia sebesar 90 miliar dolar AS hingga 2030 nanti.