REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) optimistis target pembangunan BBM satu harga di 83 wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) akan tercapai pada tahun ini.
"Progress Pembangunan 83 Tiitk BBM 1 harga tetap berjalan saat ini dan didukung oleh Pemda," ujar Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) BPH Migas kepada Republika.co.id, Rabu (26/8).
Melalui program BBM Satu Harga, Pertamina membangun lembaga penyalur resmi di wilayah terpencil untuk dapat menyediakan Premium dan Solar sesuai harga yang diatur oleh pemerintah atau sama dengan yang dinikmati oleh masyarakat di kota besar.
Dengan harga BBM yang lebih terjangkau, berdampak pada penurunan biaya transportasi dan operasional, sehingga dapat mendorong peningkatan perekonomian masyarakat setempat serta berpengaruh pada harga-harga kebutuhan pokok.
Dalam kenyataan, banyak daerah di Indonesia terutama di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T) belum memiliki infrastruktur penyalur seperti stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), sehingga masyarakat harus membeli BBM dengan harga tinggi berlipat kali dari harga yang ada di penyalur. Untuk itu dibentuk sub penyalur BBM di daerah yang tidak terdapat penyalur BBM.
Alfons mengakui bahwa sub penyalur BBM ini masih mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah masalah keuangan. Namun, BPH Migas memastikan distribusi BBM tetap berjalan dengan baik ke wilayah-wilayah tersebut.
"Distribusi ada beberapa hambatan memang, namun lebih kepada perizinan dan cuaca. Kami monitor agar semua SPBU Satu Harga semua menyalurkan BBM bagi masyarakat," kata Alfons.