REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, menilai, upaya pemerintah dalam melakukan penanganan dampak ekonomi akibat wabah virus corona belum optimal. Menurutnya, pengalokasian anggaran harus diperbanyak untuk meningkatkan konsumsi masyarakat agar ekonomi dapat bergerak.
"Masih lebih seperti business as usual. Harusnya ada sesuatu yang berbeda. Saya lihat banyak kebijakan yang belum sesuai dengan kondisi," kata Aviliani Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2020, Selasa (28/7).
Ia menyarankan agar dalam penganggaran tahun depan lebih diperbanyak bantuan tunai untuk masyarakat agar bisa menggerakkan ekonomi. Menurut dia, hal serupa juga dilakukan di sejumlah negara. Bahkan, masyarakat kelas menengah juga mendapatkan cash transfer karena diyakini cara itu bisa meningkatkan sisi permintaan.
"Situasi saat ini lebih penting demand side daripada supply side. Kalau demand side lebih besar itu bagus jadi fokus disitu," kata dia.
Lebih lanjut, Aviliani mengatakan, bantuan berupa insentif-insentif untuk sektor bisnis juga masih terlalu umum. Seperti misalnya bantuan kredit bunga pinjaman perbankan. Menurut Aviliani, insentif harus bisa lebih fleksibel dan menyesuaikan kebutuhan sektor masing-masing.
Dengan begitu, stimulus pemerintah bisa dirasakan manfaatnya secara maksimal bagi dunia usaha. Terlebih, untuk usaha mikro, kecil, dan menengah. "Misalnya, UMKM dapat bantuan tunai. Nah itu juga benar-benar akan meningkatkan konsumsi dari UMKM (terhadap bahan baku). Kalau ekonomi sudah bergerak, pemerintah bisa mundur perlahan," ujarnya.