REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) memfokuskan tugasnya menjembatani pebisnis Indonesia dengan dunia. Salah satunya adalah BNI Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) Hongkong.
Pemimpin BNI Cabang Hongkong Wan Andi Aryadi mengatakan hal tersebut penting artinya bagi dunia usaha karena banyak pengusaha Indonesia yang membuka perusahaan trading arm di lokasi yang menjadi pusat bisnis di dunia itu.
"Karena China sudah menjadi kekuatan bisnis yang besar, sehingga peran Hongkong sangat dominan terutama bagi pengusaha Indonesia yang mau berbisnis ke China. Para pengusaha Indonesia yang mau berbisnis ke China biasanya membuat perusahaan semacam trading arm di Hongkong,” ujarnya dalam keterangan tulis, Selasa (28/7).
Menurutnya Hongkong juga memberikan berbagai kemudahan dan kepastian hukum dalam bisnis seperti soal kepastian hukum, yang menarik bagi para pebisnis di Hongkong adalah kondisi undang-undang perlindungan terhadap pengusaha yang sangat jelas. Sedangkan soal kemudahan, pemerintah Hongkong memberikan kebijakan bebas pajak untuk ekspor dan impor barang dari dan keluar Hongkong. Kebijakan Ini yang membuat banyak orang membuat perusahaan di Hongkong untuk mengimpor barang dan kemudian mengekspornya ke negara lain.
"Salah satu bisnis yang kami lakukan di BNI Hongkong adalah mengajak perusahaan-perusahaan besar, terutama asal Indonesia, untuk kemudian membuka usaha di Hongkong, dan kemudian kami biayai ekspor impornya, induk perusahaannya dibiayai BNI di Indonesia, kemudian di Hongkong kita biayai perusahaan trading arm-nya. Inilah pada dasarnya bisnis utama pada BNI Hongkong,” ucapnya.
Disamping itu, BNI Hongkong juga diperlukan oleh banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI). Saat ini terdapat sekitar 150 ribu PMI yang bekerja di Hongkong.
Dari jumlah itu, menurut Wan Andi, sebanyak 50 ribu diantaranya membuka rekening di BNI Hongkong. Selain datang ke kantor cabang BNI KCLN Hongkong, para PMI ini membuka rekening lewat bantuan agen digital BNI KCLN Hongkong.
“Dari 1.300 rekening bulan lalu, 650 adalah dari mereka, (PMI) sudah berkontribusi hampir separuh dari pembukaan rekening kita ini,” ujarnya.
Soal Agen Digital ini, Wan Andi menuturkan, awalnya ada pemikiran bagaimana caranya agar BNI KCLN Hongkong bisa menjangkau para pekerja migran itu. Lalu munculah ide untuk membuat sebuah komunitas yang beranggotakan para pekerja migran dengan nama Agen Digital BNI KCLN Hongkong.
Para pekerja migran dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda ini kemudian diajak bergabung dalam komunitas Agen Digital dan diberikan pengetahuan bagaimana cara membuka rekening BNI KCLN Hongkong lewat e-form BNI KCLN Hongkong. Kemudian, mereka mengajarkan lagi ke para pekerja migran lain untuk bisa memiliki rekening BNI.
"Ada ciri khas para PMI di Hongkong, mereka itu sangat reaktif sangat responsif. Misalnya kita ada acara, tanpa disuruh mereka langsung bertanya, mereka lebih berani, lebih ekspresif. Ini yang berusaha kami salurkan. Kami undang mereka, kami jadikan mereka bagian dari BNI, jadi relawan,” jelasnya.
Tercatat hingga Juni 2020, terdapat 67 ribu rekening di BNI KCLN Hongkong. Dalam sebulan, pembukaan rekening baru di BNI KCLN Hongkong mencapai lebih dari 1.000 rekening, dan pertahun bisa mencapai, 15 ribuan rekening baru.
"Semasa pandemi Covid-19 ini BNI KCLN Hongkong banyak menerima pembukaan rekening baru. BNI KCLN Hongkong harus bekerja ekstra saat hari Sabtu dan Minggu untuk membantu mengatur antrian di ATM BNI KCLN Hongkong," ucapnya.
Menurutnya Pemerintah Hongkong memberlakukan kebijakan sangat ketat dengan hanya memperbolehkan berkumpul maksimal sebanyak empat orang. Antrean panjang di ATM BNI Hongkong ini karena ATM BNI KCLN Hongkong sama dengan di Indonesia.
"ATM dan mobile banking BNI Hongkong sama persis dengan yang ada di Jakarta, artinya kalo mereka transfer sesama BNI itu gratis, dan ke bank lain sekitar Rp 6.500 atau 3 dolar Hongkong. Bandingkan jika mereka transfer lewat remiten di Hongkong itu biayanya bisa sampai 30 hingga 35 dolar Hongkong,” ucapnya.