REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan gelombang kedua Covid-19 berpotensi menekan kinerja pasar saham. Terutama apabila kebijakan karantina wilayah atau lockdown kembali diterapkan untuk mencegah penyebaran pandemi.
"Lockdown akan membuat aktivitas, mobilitas dan produktivitas bisnis kembali melambat," kata Presiden Direktur, Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi, dalam sebuah diskusi virtual di Jakarta, Rabu (17/6).
Menurut Lilis, penerapan kembali lockdown untuk mencegah penyebaran dapat menghalangi pemulihan ekonomi global. Sehingga kedepannya hal tersebut akan berdampak ke pasar saham.
Sementara itu, Direktur Investasi Schroders Indonesia, Irwanti, menilai kemungkinan munculnya gelombang kedua pasti selalu ada selama vaksin belum ditemukan. Namun kecemasan pasar tidak akan sama seperti waktu pertama kali kasus Covid-19 muncul.
"Kejadian di awal tahun bisa menjadi pengalaman bagi pemerintah menghadapi kemungkinan munculnya gelombang kedua," tutur Irwanti.
Menurut Irwanti, pemerintah pasti akan meningkatkan responsnya terutama dalam melacak infeksi. Negara yang mampu melacak infeksi dengan baik bisa memperkecil risiko penyebaran.
Irwanti mengambil contoh gelombang kedua yang terjadi di Beijing. Menurutnya, meskipun ada kasus baru tidak akan sama responnya seperti di Januari lalu. Irwanti meyakini, upaya penanganan tentunya akan lebih cepat.