Senin 09 Mar 2020 12:59 WIB

Harga Minyak Dunia Anjlok, Peluang Impor LNG Makin Terbuka

Penurunan harga minyak juga turut menurunkan harga gas alam cair (LNG).

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
KIlang LNG (ilustrasi)
KIlang LNG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turunnya harga minyak dunia juga turut menarik penurunan harga gas. Hal ini membuat harga gas alam cair (LNG) akan makin murah jika kondisi anjloknya harga minyak berlangsung lama.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai penurunan harga minyak juga turut menurunkan harga gas alam cair. Dengan kondisi ini, ekspor LNG dalam negeri yang selama ini menjadi tulang punggung ekspor akan terdampak.

Baca Juga

"Dampak lain saya kira adalah harga gas juga akan mengalami penurunan, termasuk harga gas LNG. Apalagi, dengan kondisi ekonomi dunia saat ini yang lemah, ekspor kita juga akan menurun," ujar Mamit, Senin (9/3).

Ia khawatir dengan turunnya harga LNG, peluang impor LNG akan makin terbuka. Pasalnya, jika dibandingkan membeli LNG dalam negeri dengan kondisi harga minyak dunia anjlok, harga LNG di pasar juga akan murah.

"Dengan turunnya harga gas, kemungkinan dibukannya keran impor oleh pemerintah karena keluhan industri sangat besar. PGN saya kira yang akan pusing karena impor LNG ini dibuka. Mereka akan semakin tertekan," ujar Mamit.

Ia menilai pemerintah perlu melakukan mitigasi untuk mengantisipasi anjloknya harga minyak dunia. Menurut dia, pemerintah perlu menyiapkan langkah strategis untuk merespons kondisi ini.

"Antisipasi saya kira dengan menggunakan gas dalam negeri di mana pemerintah harus bisa mengurangi jatah penerimaan seperti yang diwacanakan Pak Jokowi," ujar Mamit.

Apalagi, menurut Mamit, jika kondisi ini berlangsung lama, semua sektor energi akan terdampak. "Iya, akan terasa jika paling tidak kondisi ini berlangsung enam bulan sampai satu tahun karena pasti akan langsung terdampak," ujar Mamit.

Selain LNG, turunnya harga minyak dunia, menurut Mamit, juga akan memengaruhi penggunaan EBT di sektor energi primer. Ia menjelaskan, kondisi minyak yang murah saat ini akan menggerus opsi EBT yang ongkos produksinya masih mahal.

"Dampak lain yang saya khawatirkan, dengan murahnya harga minyak, EBT akan semakin terganggu karena pemerintah melihat lebih menguntungkan jika membeli energi fosil. EBT akan semakin tertinggal," ujar Mamit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement