Rabu 19 Feb 2020 14:38 WIB

Asabri Mengalami Negative Underwriting Selama 10 Tahun

Untuk mengatasi negative underwriting ini Asabri mengubah strategi investasi

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Asabri (Persero) Sonny Widjaja (kiri) melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Direktur Utama PT Asabri (Persero) Sonny Widjaja (kiri) melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) mengalami negative underwriting selama 10 tahun belakang. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI di Gedung DPR, Rabu (19/2).

"Asabri sebenarnya sudah mulai mengalami negative underwriting sejak 1976. Danm berturut-turut dari 2010 sampai 2019 terus negatif," kata Sonny.

Baca Juga

Sonny mengatakan, negative underwriting terjadi karena penerimaan premi yang lebih kecil daripada beban klaim dan beban liabilitas manfaat polis masa depan (LMPMD). Pada 2010, Sonny menyampaikan posisi negative underwriting tercatat sebesar Rp 312 miliar. Angka tersebut terus meningkat hingga 2019 mencapai Rp1,23 triliun.

Untuk mengatasi hal tersebut, kata Sonny, diperlukan portfolio investasi yang agresif. Namun, kondisi pasar modal yang tidak kondusi, menyebabkan terjadinya penurunan nilai saham pada 2018 dan 2019.

Sonny mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi hal itu. Menurut Sonny, Asabri telah melakukan pemetaan asset investasi yang tidak produktif. Perseroan juga mengubah strategi investasi dari agresif ke konservatif.

Asabri juga meminta pertanggungjawaban Benny Tjokrosaputro dan Heru Hidayat dalan rangka pemulihan terhadap penurunan nilai aset investasi. Menurut Sonny, penurunan nilai aset investasi telah mencapai Rp 11,4 triliun.

Sebelumnya, Sonny menjelaskan sebagian besar portfolio investasi ditempatkan pada saham perusahaan

PT Hanson International Tbk milik Benny dan PT Trada Alam Minera milik Heru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement