REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang puasa dan lebaran tahun 2020, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antisipasi sejak dini untuk memastikan pasokan dan harga aneka bawang stabil. Sebagai komoditas yang sensitif terhadap gejolak inflasi, bawang merah dan bawang putih menjadi fokus perhatian Kementan.
Melalui sistem peringatan dan penanda dini atau Early Warning System (EWS) aneka cabai dan bawang, Kementerian Pertanian telah memperkirakan pasokan bawang hingga lebaran nanti masih sangat mencukupi. Sistem EWS yang dikembangkan Kementan, merujuk pada data aktual pola tanam dan pola pasokan bawang, sehingga kondisi pasokan bawang 3 bulan kedepan sudah dapat diprediksi.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan mengingatkan jajarannya untuk menggunakan data yang akurat dalam setiap analisis pengambilan kebijakan penyediaan pangan nasional.
"Data harus akurat, mengambil kebijakan harus berdasarkan data. Cara mengolah dan menyajikannya pun harus semakin maju dan modern. Cepat namun akurat. Termasuk dalam menghitung perkiraan kebutuhan dan skenario pasokan,” ungkap Syahrul Yasin Limpo. Bahkan sejak awal kepemimpinannya, Syahrul langsung melakukan gebrakan Satu Data Pangan dengan menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat dihubungi di sela-sela kegiatan Sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura di Semarang (14/2), mengatakan pihaknya terus menyempurnakan sistem peringatan dini berbasis data untuk mendeteksi ketersediaan pasokan komoditas strategis utamanya cabai dan bawang.
“Kami di Ditjen Hortikultura telah menyusun EWS, yang datanya berasal dari laporan terkini para petugas data di seluruh kabupaten/kota se-Indonesia. Sistem tabulasi datanya tetap mengacu pada Statistik Pertanian Hortikultura Sayuran Buah Semusim (SPH-SBS) yang dikembangkan BPS. Jadi datanya valid dan bisa dipertanggungjawabkan," ujar Prihasto.
Menurutnya, Kementan telah menyusun perkiraan kebutuhan konsumsi cabai dan bawang berikut produksinya hingga level kabupaten/kota."Setiap awal bulan kami distribusikan ke seluruh kepala dinas di Indonesia untuk benar-benar ditindaklanjuti dengan langkah-langkah konkrit,” ungkap pria yang sering dipanggil Anton tersebut.
Menurut Anton, kuncinya adalah kedisiplinan petugas data mulai dari level kecamatan, kabupaten, provinsi hingga pusat dalam melaporkan data luas tanam. "Dengan demikian kondisi pasokan bawang 3 (tiga) bulan kedepan bisa terpantau sejak dini, ” tambah dia.
Merujuk data EWS, Prihasto optimis pasokan bawang merah pada bulan Februari hinga bulan Mei masih aman dengan harga yang diprediksi cenderung stabil. Pasalnya stok bawang merah pada akhir Januari tercatat 169 ribu ton dengan panen yang terus berlanjut sehingga stok kumulatif pada bulan April diperkirakan mencapai 240 ribu ton.
"Kebutuhan per bulan cukup dengan 113 ribu hingga 119 ribu ton. Jadi kalau neraca kumulatif stok bawang merah masih diatas 200 ribu, sangat aman," imbuh Anton.
Sementara terkait pasokan bawang putih, pihaknya mencatat perkiraan produksi bawang putih lokal bulan Februari hingga Mei yang secara kumulatif mencapai 43 ribu ton. “Produksi bawang putih dalam negeri sejatinya sudah mampu mensuplai sekitar sepuluh persen kebutuhan bawang putih secara nasional. Produksi bawang putih lokal memang kami proyeksikan untuk menjadi benih. Akan tetapi jika kondisi pasokan terganggu maka bawang putih lokal siap mensuplai pasar jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” ujar Anton.
Dia menegaskan, bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan bahkan sudah cek langsung ke lapangan di Temanggung. "Setidaknya ada 2.800 hektar lahan bawang putih lokal yang siap dipanen pada akhir bulan Maret hingga April mendatang," ujar Anton optimistis.
Dikonfirmasi terpisah, Plt. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman menegaskan produksi bawang merah dan pasokan bawang putih nasional aman dan terkendali.
“Bawang merah menjelang puasa dan lebaran saya kira tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Panen raya ada terus kok, dilakukan di berbagai wilayah sentra seperti Brebes, Bima, Nganjuk, Solok, Enrekang dan lainnya. Bahkan saya sudah cek sendiri kondisi lapangan seperti di Garut dan Enrekang sudah siap menjaga ketersediaan pasokan menjelang lebaran,” ungkap Sukarman.
Terkait ketersediaan bawang putih, Sukarman menegaskan pemerintah tidak akan membiarkan harganya berfluktuasi terlebih saat puasa dan lebaran nanti. "Berbeda dengan bawang merah yang mampu disuplai seluruh kebutuhannya dari dalam negeri, Bawang putih sebagian besar masih tergantung dengan produk impor. Catatan kami, stok bawang putih pada akhir Januari masih tersedia 114 ribu ton. Cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga pertengahan bulan April karena per bulan kita butuh rata-rata 47 ribu hingga 50 ribu ton," beber Sukarman.
Dengan stok yang memadai, Sukarman menyayangkan masih adanya gejolak harga bawang putih beberapa pekan terakhir. “Kami sangat menyayangkan terjadinya kelangkaan pasokan bawang putih dan kenaikan harga yang mencapai angka 60 ribu rupiah bahkan di beberapan wilayah ada yang lebih tinggi dari itu. Isu virus corona banyak dijadikan alasan pedagang untuk menaikkan harga bawang putih. Untuk itu, kami akan bekerjasama dengan Satgas Pangan untuk menindak para spekulan yang telah mengakibatkan kenaikan harga bawang putih diatas harga eceran tertinggi (HET) sebesar 32 ribu rupiah,” ujar Sukarman.
Sukarman menyebut sampai saat ini pihaknya bahkan telah menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) bawang putih sebanyak 102 rb ton pada tanggal 7 Februari 2020, yang statusnya kini tinggal menunggu persetujuan impor oleh Kementerian Perdagangan.
"Kalau melihat volumenya dan hasil analisis EWS, sangat cukup untuk mensuplai kebutuhan bahkan hingga bulan Mei. Jadi sekali lagi saya tekankan bahwa seharusnya tidak ada gejolak harga bawang putih jelang puasa dan lebaran tahun ini,” pungkasnya.