Jumat 07 Feb 2020 10:37 WIB

Ada Wabah Corona, China Kurangi Separuh Tarif Impor AS

Mulai pekan depan, China akan memangkas tambahan tarif impor sebesar 10 persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Amerika Serikat (AS) dan China sepakat mengakhiri perang perdagangan dengan ditandatanganinya kesepakatan fase pertama pada 15 Januari 2020.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Amerika Serikat (AS) dan China sepakat mengakhiri perang perdagangan dengan ditandatanganinya kesepakatan fase pertama pada 15 Januari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- China mengumumkan pada Kamis (6/2) bahwa mereka akan mengurangi separuh tarif impor AS senilai 75 miliar dolar AS.Langkah ini dilakukan saat China sedang berjuang menghadapi meningkatnya wabah virus corona. 

Penyakit ini telah menewaskan 565 orang, sebagian besar di China, dan menginfeksi lebih dari 28 ribu orang di lebih dari 25 negara dan wilayah.

Baca Juga

Pengurangan ini mempengaruhi barang-barang AS yang diberlakukan tarif China pada September lalu. Mulai pekan depan, China akan memangkas tambahan tarif 10 persen yang diberlakukan saat itu pada beberapa barang menjadi 5 persen.

"Barang-barang lain yang dikenakan pajak tambahan 5 persen sekarang akan dipungut 2,5 persen," menurut pernyataan dari Komisi Tarif Dewan Negara China.

Komisi menambahkan bahwa tarif lain pada barang-barang AS akan dipertahankan sementara itu terus bekerja pada pengecualian. "China berharap bahwa kedua belah pihak akan mematuhi perjanjian bilateral dan melakukan upaya untuk mengimplementasikan ketentuan yang relevan sehingga kita dapat meningkatkan kepercayaan pasar, mempromosikan hubungan perdagangan bilateral dan pertumbuhan ekonomi global," kata pernyataan itu dilansir di CNN, Kamis (6/2).

Menurut ekonom Oxford Tommy Wu, kembalinya tarif ini telah diperkirakan secara luas dan merupakan isyarat sebagai tanggapan terhadap Amerika Serikat yang memotong putaran tarif pada September 2019 hampir setengahnya dalam kesepakatan perdagangan fase satu.

"Namun demikian, pengumuman itu dapat membantu meningkatkan sentimen pasar, terutama pada saat China sedang berjuang dengan dampak ekonomi dari wabah virus corona," katanya.

Wu dan para ahli lainnya telah memperingatkan bahwa wabah corona dapat merusak pertumbuhan ekonomi China tahun ini dan memiliki dampak besar bagi ekonomi global.

Ketika wabah melanda, Beijing mengambil langkah luar biasa menempatkan kota-kota besar dikarantina untuk menahannya. Pemerintah juga memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek, secara efektif membuat pabrik di seluruh negeri terhenti karena pekerja telah diperintahkan untuk tinggal di rumah. 

Jutaan orang telah mengurangi konsumsi, karena mereka tetap berada di dalam ruangan dan menghindari ruang publik.

Para pejabat Washington awal pekan ini mengatakan wabah itu dapat menunda ekspor barang-barang AS ke China.  Bulan lalu, Beijing telah setuju untuk membeli produk senilai 200 miliar dolar AS tambahan dari Amerika Serikat sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase satu.

"Memang benar perjanjian perdagangan 'tahap satu', ledakan ekspor dari kesepakatan perdagangan itu, akan memakan waktu lebih lama karena virus China," kata Larry Kudlow, kepala penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump.

Produk-produk pertanian seperti kacang kedelai, babi, kapas dan gandum merupakan bagian terbesar dari pembelian baru. Pada hari Rabu, Menteri Pertanian AS, Sonny Perdue mengatakan Amerika Serikat harus bersabar dengan kemampuan China untuk memenuhi janji dagang itu, mengingat wabah corona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement