Ahad 29 Jun 2025 11:57 WIB

Kadin Dorong Pengembangan Ekosistem Baterai EV Lewat Hilirisasi Nikel

Indonesia harus belajar dari keberhasilan Cina dalam kembangkan industri baterai EV.

Mobil listrik. Pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) perlu didorong untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar.
Foto: Dok Republika
Mobil listrik. Pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) perlu didorong untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komite Hilirisasi Mineral dan Batu bara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Djoko Widayatno mendorong hilirisasi nikel ke tahap lanjutan. Yakni pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar.

“Transportasi masa depan harus ditopang oleh industri yang berkelanjutan. Nikel kita harus menjadi tulang punggung transisi energi hijau, bukan sekadar komoditas ekspor jangka pendek,” kata Djoko, dikutip Ahad (29/6/2025).

Baca Juga

Saat ini, Indonesia mulai membangun ekosistem industri baterai EV secara terintegrasi, dari produksi prekursor hingga perakitan sel baterai dan kendaraan listrik. Proyek-proyek besar seperti pembangunan pabrik baterai di Karawang dan Morowali diyakini menjadi wujud dari komitmen menciptakan rantai pasok domestik yang kompetitif di pasar global.

Jika berhasil diakselerasi, pengembangan ekosistem ini diproyeksikan menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar. Sebagai pembanding, Cina, yang membangun rantai pasok EV sejak dekade lalu, pada 2023 mencatat kontribusi industri EV dan baterai mencapai lebih dari 150 miliar dolar AS dan menjadikan negara tersebut sebagai eksportir utama kendaraan listrik dunia.

Djoko melanjutkan, Indonesia harus belajar dari keberhasilan Cina dalam mengembangkan industri baterai EV sebagai bukti potensi ekonomi besar dari hilirisasi lanjutan. Saat ini Cina menguasai sekitar 60 persen produksi EV global dan 80 persen pasar baterai dunia, serta menjadi pusat teknologi dan rantai pasok kendaraan listrik terbesar secara global.

“Untuk itu, kami mendorong pemerintah memperkuat tata kelola lingkungan, memperluas pelatihan SDM lokal, serta mendorong transfer teknologi agar industri hilir nikel memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia,” ujarnya.

Dia juga mendorong penggunaan teknologi bersih seperti High Pressure Acid Leach (HPAL) dan penerapan standar Environment, Social, and Governance (ESG) di seluruh rantai pasok. Djoko menekankan pentingnya mengarahkan nikel kelas satu (high grade) untuk produk baterai EV, bukan hanya stainless steel guna memaksimalkan potensi nikel dalam transisi energi dan mendukung target Net Zero Emissions (NZE) 2060.

“Indonesia sudah mencetak capaian strategis dalam hilirisasi nikel. Namun, agar proses ini benar-benar berkelanjutan dan inklusif, perlu diperkuat dengan tata kelola yang baik dan pembangunan ekosistem industri yang komprehensif,” kata Djoko.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement