REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan financial technology (fintech) PT Likuid Dana Bersama (Likuid) resmi meluncurkan platform daring pendanaan dan investasi crowdfunding atau urun dana. Mengusung tema Acces Granted, Likuid fokus membuka akses permodalan bagi para pelaku industri kreatif dan gaya hidup serta membuka akses investasi bagi masyarakat di Indonesia.
CEO Likuid Kenneth Tali menyampaikan industri kreatif dan gaya hidup di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bertumbuh. Namun, masih banyak pelaku usaha di bidang ini yang kurang bisa memaksimalkan karyanya karena keterbatasan modal. Padahal untuk bisa bersaing, pelaku industri ini memerlukan dana yang tidak sedikit.
"Di sinilah peran Likuid, membuka akses permodalan bagi pelaku usaha dan akses investasi bagi masyarakat umum," kata Kenneth di Jakarta, Kamis (6/2).
Skema pendanaan bisnis dan investasi yang diusung oleh Likuid yaitu Project Financing berbasis bagi hasil dan bagi keuntungan. Dengan skema ini, Likuid menawarkan potensi imbal hasil untuk investor sebesar 12-20 persen.
Skema ini memungkinkan investor dapat berinvestasi secara kolektif dengan minimal pendanaan Rp 100 ribu. Menurut Kenneth, ketentuan minimal dana investasi yang relatif rendah ini sebagai upaya menggaet investor dari berbagai kalangan masyarakat terutama generasi milenial.
Likuid menargetkan dapat menjaring 2.500 pengguna dalam kurun waktu empat bulan setelah resmi meraih status terdaftar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini Likuid beroperasi dengan status tercatat di regulatory sandbox OJK sejak Juli 2019.
"Sedangkan hingga akhir 2020, kami berharap bisa menjaring 40 ribu pengguna terdaftar," tutur Kenneth.
Sepanjang tahun ini pula, Kenneth menargetkan dapat menyalurkan pendanaan sebesar Rp 40 miliar. Setidaknya ada enam sektor yang menjadi sasaran Likuid yaitu kuliner, e-sports, kecantikan, kesehatan dan start up. Selain itu, ada pula sektor hiburan seperti konser, film dan serial. Kenneth menargetkan calon investor dapat mulai bertransaksi pada 17 Februari ini.