REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) atau ASDP menyebut besarnya potensi perusahaan dalam bidang penyeberangan. Dirut ASDP Ira Puspadewi mengatakan ASDP saat ini mengelola 202 kapal dengan 245 rute. Meski begitu, Ira tak menampik seluruh rute yang dikelola ASDP menguntungkan bagi perusahaan.
"Maka itu, kita harus menciptakan semacam mekanisme transaksi," ujar Ira saat Ngobrol Pagi Seputar BUMN di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (6/2).
Ira menjelaskan ASDP merupakan pengelola kapal ferry terbesar di dunia dari segi jumlah rute yang dikelola. Namun hal ini tidak berkorelasi lurus pada segi penumpang.
Ira mengatakan jumlah penumpang masih relatif kecil atau tidak sebesar rute yang tersedia. Hal ini tak lepas dari ukuran kapal yang dikelola ASDP merupakan kapal dengan ukuran yang relatif kecil sehingga memiliki keterbatasan dalam kapasitas penumpang.
Ira menyampaikan ASDP melakukan sejumlah perubahan guna mengoptimalkan pendapatan perusahaan. Salah satu yang menjadi perhatian ialah keberadaan pengurus truk atau petruk yang berada di Pelabuhan Merak.
"Pengurus truk ini biasanya membantu mengamankan truk alias titik, itu ada ekonomi tersendiri, jadi itu membuat ASDP juga kemarin-kemarin menjadi tidak bersih," ucap Ira.
ASDP melakukan sejumlah transformasi dengan pembayaran nontunai guna menekan angka kebocoran yang selama ini terjadi. Ira menyampaikan ASDP memiliki 12 golongan kendaraan dengan harga yang bervariasi. Biasanya, Petruk menawarkan biaya lebih rendah daripada tarif yang telah ditetapkan ASDP.
"Kebayang kalau sehari saja ada dua ribuan truk dan kendaraan masuk, kalau itu dibolehkan engant sistem yang masih manual seperti itu, kebayang berapa lost yang kita rasakan," kata Ira.
Sejak 15 Agustus 2018, ASDP telah menerapkan sistem pembayaran nontunai. Ira berharap sistem pembayaran nontunai memberikan dampak positif bagi pendapatan perusahaan dan juga menekan tingginya uang tunai beredar di pelabuhan. Ira menyebut saat masa puncak seperti lebaran, uang tunai yang beredar di loket pelabuhan dalam sehari bisa mencapai Rp 5 miliar hingga Rp 8 miliar.
"Ini bukan di bank, kalau bank segitu normal. Ini di pelabuhan, kalau sistemnya belum digital masih sangat manual dan pakai belum bank. Kebayang tidak dampak bocornya segimana," lanjut Ira.
ASDP, kata Ira, mulai mengkampanyekan sistem pembayaran nontunai di empat pelabuhan utama seperti Pelabuhan Merak, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk. Ira mengatakan keempat pelabuhan tersebut memiliki kontribusi paling besar bagi perusahaan.
"50 persen pendapatan perusahaan dari empat pelabuhan ini, kemudian 70 persen laba juga dari empat pelabuhan ini. Jadi, kita amankan dulu dari pelabuhan-pelabuhan ini. Kalau teman-teman ke sana saat ini kita hampir 100 persen nontunai," kata Ira menambahkan.