Rabu 05 Feb 2020 14:38 WIB

Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen, Bank Dunia: Harus Bersyukur

Perlambatan ekonomi akan terasa pada kuartal satu 2020.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi.
Foto: Republika
Pertumbuhan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,02 persen sepanjang 2019. Angka ini meleset dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,3 persen.

Menurut Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia, Mari Elka Pangestu pencapaian tersebut masih cukup baik dibandingkan negara lain. "Kurang lebih kita masih tumbuh 5 persen, kita harus bersyukur di tengah ketidakpastiaan (ekonomi global)," ujarnya saat acara 'Mandiri Investment Forum 2020' di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (5/2).

Baca Juga

Mari Elka mengatakan pemerintah perlu melakukan reformasi struktural seperti bidang pajak, investasi dan UKM. Langkah ini untuk menarik investor asing, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

"Semoga tahun ini bisa benar-benar terjadi kita bisa mulai melihat investasi mengalir. Tetapi mungkin dampaknya baru mulai terasa tahun depan karena invetasi perlu waktu," ucapnya.

Menurutnya perlambatan ekonomi juga akan terasa pada kuartal satu 2020. Apalagi, adanya virus corona mampu berdampak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Perlambatan tergantung dari stimulus fiskal, tergantung juga dari dampak corona virus, karena kelihatannya dampak yang sudah terasa itu kan ke pariwisata," ucapnya.

Ke depan, Mari Elka memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh lima persen pada tahun ini. "Mungkin dari ketidakpastian perdagangan masih ada ya. Banyak hal yang tidak pasti, sehingga investasi masih menunggu," ucapnya.

Sementara Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada 2019 tercatat 5,02 persen yoy dari 2018 yang tercatat 5,17 persen yoy.

"Konsumsi rumah tangga cenderung stabil secara keseluruhan, namun investasi sepanjang 2019 cenderung melambat. Hal seiring tren perlambatan ekonomi global serta meningkatnya tensi dagang di pasar internasional yang diikuti oleh perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indoensia, terutama Tiongkok," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement