Rabu 05 Feb 2020 12:29 WIB

INACA Dukung Penghentian Penerbangan ke China

Ketum INACA menilai keputusan hentikan penerbangan ke China dilakukan banyak negara

Seorang dokter dengan pakaian pelindung memeriksa pasien di hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China, senin(3/2). Ketum INACA menilai keputusan hentikan penerbangan ke China dilakukan banyak negara
Foto: Chinatopix via AP Photo
Seorang dokter dengan pakaian pelindung memeriksa pasien di hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China, senin(3/2). Ketum INACA menilai keputusan hentikan penerbangan ke China dilakukan banyak negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengikuti perkembangan dari penyebaran virus corona, Presiden Jokowi telah memerintahkan menunda seluruh penerbangan yang dari dan menuju China per 5 Februari 2020. Kebijakan kedua ialah, pendatang yang tiba dari China daratan dan telah tinggal di sana selama 14 hari, untuk sementara dilarang masuk maupun melakukan transit di Indonesia.  Kemudian yang ketiga ialah pencabutan sementara fasilitas pembebasan visa kunjungan bagi warga Cina.

Pemerintah Indonesia juga meminta warga negara Indonesia untuk sementara ini tidak melakukan perjalanan ke daratan Tiongkok. Keputusan pemerintah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA).

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan, semua kebijakan pemerintah itu sudah tepat. “Kita perlu mewaspadai penyebaran virus corona ini agar sebisa mungkin tidak masuk dan membahayakan rakyat Indonesia, sehingga saat ini kebijakan pemerintah sudah cukup tepat,” ujar Denon di Jakarta berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (5/2).

Menurutnya, semua negara sedang mewaspadai penyebaran virus ini. Sehingga kemudian banyak penerbangan atau maskapai yang menghentikan sementara penerbangan ke China, khususnyaa Provinsi Hubei yang menjadi lokasi penemuan pertama virus tersebut.

Terkait dengan industri penerbangan nasional, Denon menyebutkan, secara umum penerbangan dari dan ke China selama ini cukup potensial. “Tetapi dampaknya secara nasional akan lebih besar jika sampai virus corona menyebar di Indonesia, secara ekonomi kita akan jauh lebih dirugikan,” katanya.

Denon berharap, penerbangan lokal bisa menjadi kekuatan dari industri penerbangan nasional dengan masyarakat memanfaatkan secara maksimal jasa layanan transportasi udara.  Apalagi dengan turunnya harga tiket penerbangan lokal. Denon mengharapkan agar pasar penerbangan nasional kembali ramai seperti era tiket murah. Sehingga mampu memberikan kontribusi bagi pergerakan ekonomi dan perdagangan masyarakat antardaerah.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari–Desember 2019, angkutan udara domestik mencatatkan angka 76,7 juta. Angka tersebut turun sebesar 18,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai jumlah 94,1 juta jiwa.

Meskipun demikian pada periode Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 ada perkembangan yang cukup berarti untuk penerbangan lokal dengan penumpang yang mencapai 3,2 juta jiwa. Hal ini menunjukan pertumbuhan penumpang seperti sedia kala.

Terakhir, Denon berharap agar wabah corona bisa segera teratasi sehingga aktivitas penerbangan kembali normal dan China kembali bergerak seperti sedia kala, sehingga bisa menggairahkan kembali aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Mengingat kekuatan China saat ini sebagai pusat manufaktur terbesar di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement