Jumat 18 Oct 2024 15:32 WIB

Inaca Tekankan Kolaborasi Atasi Tantangan Industri Penerbangan RI

Situasi geopolitik dunia memengaruhi banyak hal terkait penerbangan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Inaca menyebut industri penerbangan nasional saat ini tidak sedang baik-baik saja karena mendapat banyak tekanan baik dari dalam negeri dan luar negeri.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Inaca menyebut industri penerbangan nasional saat ini tidak sedang baik-baik saja karena mendapat banyak tekanan baik dari dalam negeri dan luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) Denon Prawiraatmadja mengatakan industri penerbangan nasional saat ini tidak sedang baik-baik saja karena mendapat banyak tekanan baik dari dalam negeri dan luar negeri. Di dalam negeri, ucap Denon, biaya-biaya operasional penerbangan masih tinggi serta adanya pungutan seperti bea masuk dan pajak yang turut membebani maskapai dan penumpang.

"Situasi geopolitik dunia memengaruhi banyak hal terkait penerbangan. Misalnya harga minyak (avtur) yang tinggi, nilai tukar mata uang yang selalu bergejolak, sulitnya pengadaan pesawat dan spareparts, hingga rute penerbangan yang terganggu," ujar Denon dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (18/10/2024).

Baca Juga

Denon mengatakan hasil Rapat Umum Anggota (RUA) Inaca menilai perlunya kolaborasi yang lebih baik antarpemangku penerbangan. Denon menyampaikan sinergitas harus terjalin dengan otoritas penerbangan, pengelola bandara, penyuplai avtur, jasa groundhandling, MRO, akademisi, media massa hingga dengan penumpang.

"Bisnis penerbangan seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Karena belum selesai 100 persen pemulihan akibat terdampak pandemi Covid-19 dari 2020-2022, dan sekarang terdampak krisis geopolitik global," ucap Denon. 

Menurut Denon, maskapai nasional telah berusaha menambah produksi untuk menambah penghasilan, namun maskapai juga terkendala biaya yang sangat besar. Serta ditambah dengan daya beli masyarakat yang melemah sehingga hasil akhirnya tidak begitu menggembirakan. 

“Berbagai problem yang menghantam industri penerbangan menyadarkan kita bahwa jika ingin survive, kita harus melakukan kerja sama, kolaborasi antarpemangku kepentingan, tantangannya terlalu besar untuk kita hadapi sendiri-sendiri," lanjut Denon.

Sebagai asosiasi maskapai penerbangan nasional, Denon mengatakan Inaca selama ini telah melakukan pendekatan dan berupaya menjadi teman diskusi dalam upaya pengembangan industri penerbangan nasional. Beberapa hal yang telah dilakukan INACA misalnya menginisiasi penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 3 tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor dan Kebijakan Bank Indonesia perihal persetujuan penundaan penerapan kewajiban penggunaan rupiah untuk transaksi jasa sewa angkutan udara (charter flight) dengan menggunakan kuotasi valuta asing dan pembayaran rupiah. 

"Inaca juga telah membuat kajian dan mengirim surat kepada Menteri Perhubungan terkait permintaan pemberlakuan bea masuk nol persen untuk suku cadang pesawat," lanjut Denon. 

Denon menyampaikan Inaca juga telah menggelar Inaca Festival 2024 sebagai upaya pengembangan bisnis penerbangan nasional. Dalam acara tersebut, lanjut Denon, juga digelar seminar penerbangan dengan menghadirkan pembicara dan panelis dari dalam dan luar negeri. 

"Pada rangkaian kegiatan tersebut diselenggarakan forum session yang  merupakan panel diskusi, dengan topik yang relevan dan  penting bagi stakeholder penerbangan, baik regulator, operator maupun masyarakat. Selain itu juga dilaksanakan turnamen golf, dan malam apresiasi," kata Denon. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement