Selasa 28 Jan 2020 06:06 WIB

Beda Dengan Jiwasraya, Ini Strategi Investasi Taspen

Mayoritas investasi Taspen ditempatkan pada instrumen dengan imbal hasil tetap.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Direktur Utama PT Taspen (Persero) Antonius N.S Kosasih (kiri) didampingi Komisaris Utama Franky Sibarani (tengah), dan Direktur Operasional Mohamad Jufri, menyampaikan Paparan Kinerja PT Taspen (Persero) di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Direktur Utama PT Taspen (Persero) Antonius N.S Kosasih (kiri) didampingi Komisaris Utama Franky Sibarani (tengah), dan Direktur Operasional Mohamad Jufri, menyampaikan Paparan Kinerja PT Taspen (Persero) di Jakarta, Senin (27/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Taspen (Persero) mengaku mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menempatkan dana investasi. Direktur Utama PT Taspen, Antonius NS Kosasih, mengatakan sebagian besar portofolio investasi Taspen ditempatkan pada instrumen yang sangat aman. 

Menurut Kosasih, penempatan investasi yang tepat dapat mencegah perusahaan dari kasus gagal bayar seperti yang dialami oleh dua asuransi plat merah, Jiwasraya dan Asabri. 

Baca Juga

"Mayoritas investasi ditempatkan pada instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income) seperti surat utang maupun deposito," kata Kosasih dalam acara paparan kinerja 2019, Senin (27/1).

Dari total portofolio, penempatan investasi di surat utang maupun deposito yaitu sebesar 86,2 persen. Kosasih merinci, porsi investasi di surat utang sebesar 67,5 persen di mana sebagian besar merupakan obligasi pemerintah. Sedangkan porsi investasi di deposito sebesar 18,7 persen yang sebagian besar ditempatkan di bank BUMN. 

Adapun sisanya berupa investasi langsung 2,2 persen, saham 4,9 persen, dan reksa dana 6,7. Dari total investasi di reksadana, perseroan hanya menempatkan investasi di persen reksadana saham hanya sebesar 1,3 persen.

Kosasih menjelaskan, penempatan investasi pada surat utang negara maupun korporasi merupakan langkah yang tepat. Dia menilai instrumen tersebut memiliki fundamental yang kuat, dengan tingkat risiko yang sangat rendah namun tetap memberikan imbal hasil yang  baik.

Untuk menjaga likuiditas perusahaan dan keamanan dana, Taspen menempatkan hampir 80 persen deposito di bank BUMN, 18 persen di Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan hanya dua persen pada bank umum yang merupakan anak usaha dari Bank Mandiri dan Taspen yaitu Bank Mandiri Taspen. 

Sedangkan untuk investasi di saham, Taspen memilih saham-saham emiten yang sebagian besar terdaftar pada Indeks LQ-45 dan didominasi oleh saham-saham BUMN  yang tergolong saham-saham blue chip. 

"Dalam proses pemilihan saham untuk alokasi investasi, kami selalu mengutamakan aspek makro ekonomi, fundamental, prospek bisnis, likuiditas, dan valuasi perusahaan yang wajar dan seksama serta memeperhitungkan pula faktor-faktor teknikal," jelas Kosasih.  

Pada instrumen reksa dana, TASPEN berinvestasi melalui maksimum 15 Manajer Investasi (MI) yang memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) di atas Rp 4 triliun hingga sekitar Rp50 triliun. Selain itu, hampir 50 persen penempatan reksa dana Taspen adalah pada MI BUMN.

"Kami berkomitmen untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian yang kami pegang teguh guna menjamin keamanan dana investasi yang kami kelola untuk memberikan manfaat secara maksimal kepada peserta," tegas Kosasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement