REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform dagang online Bukalapak mencatat transaksi mereka sepanjang tahun 2019 naik di atas 50 persen dari tahun sebelumnya. Menurut data Bukalapak, transaksi mereka pada 2019 lalu naik 60 persen, yang mereka sebut sebagai catatan keuangan yang baik untuk tahun itu.
Kenaikan transaksi tersebut juga terasa saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 12 Desember 2019. Bukalapak mengalami kenaikan 30 persen dibandingkan hari yang sama tahun sebelumnya.
Harbolnas 2019 menjadi catatan pesta belanja terbaik mereka sepanjang 10 tahun berdiri. Bukalapak dalam data yang diberikan kepada wartawan, membenarkan valuasi perusahaan pada 2019 mencapai 2,5 miliar dolar Amerika Serikat.
Perusahaan rintisan baru bisa menyandang status unicorn setelah mereka memiliki valuasi 1 miliar dolar AS. Sementara untuk menjadi hectacorn, mereka harus memiliki valuasi 10 miliar dolar AS.
"Harapan kita tentu Bukalapak bisa jadi organisasi yang sustainable. Kalau bisa jadi 0.0045 persen, bertahan lebih dari 100 tahun," kata CEO baru Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, Jumat (10/1).
Pada 2019, Bukalapak bermitra dengan pemerintah pusat maupun daerah untuk mendukung implementasi tata kelola digital, antara lain menyediakan pembayaran untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bumi dan Bangunan di beberapa kabupaten kota.
Bukalapak juga bermitra dengan Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan dan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mendukung akses pembiayaan non-tunai melalui program pembiayaan ultra-mikro.
Bukalapak, menurut data pada akhir 2019, memiliki 70 juta pengguna, aplikasi mereka dikunjungi lebih dari 420 juta kali per bulan. Saat ini terdapat 3 juta warung dan agen individual yang bergabung dengan Mitra Bukalapak, yang tersebar di 477 kota dan kabupaten.