REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai bahwa tingkat kenyamanan wisatawan menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong industri pariwisata nasional berkembang lebih cepat. Karenanya, faktor kenyamanan ini perlu menjadi perhatian pemerintah ke depannya.
"Industri pariwisata ini sangat terpengaruh oleh pengunjung maka itu harus diperhatikan juga kenyamanan bagi wisatawan," ujar peneliti Indef Rizal Taufikurahman ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (27/12).
Ia menambahkan pemetaan dan branding terhadap destinasi tujuan wisatawan juga harus terus digenjot oleh pemerintah, yang secara bersamaan juga terus dilakukan pembangunan infrastruktur dan ekosistem ekonomi kreatif.
"Orang berwisata ingin mencari kenyamanan, fasilitas-fasilitas kenyamanan harus menjadi perhatian jangan sampai branding bagus tapi ternyata di lokasi tidak sesuai keinginan wisatawan dikarenakan fasilitas yang kurang memadai," katanya.
Menurut dia, kenyamanan juga tidak hanya bagi wisatawan lokal tapi juga mancanegara karena potensial sebagai penyumbang devisa. "Seringkali tempat pariwisata itu hanya mendorong daya tariknya hanya kepada wisatawan domestik saja," ucapnya.
Perkiraan devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata dapat mencapai sekitar 20 miliar dolar AS.
Di sisi lain, Rizal mengatakan, pemerintah juga harus dapat mensinergikan biaya transportasi dan kemudahan menuju lokasi destinasi.
"Mensinergikan lokasi pariwisata dengan sektor lain. Lokasi pariwisata harus memberikan kepuasan bagi pengunjung baik akomodasi maupun transportasi," katanya.
Ia meminta pemerintah memadukan sejumlah program untuk mendukung industri pariwisata yang bisa diandalkan untuk menunjang perekonomain nasional mengingat Indonesia memiliki banyak daerah tujuan wisata.
Rizal mengemukakan dengan memperhatikan kenyamanan wisatawan serta fokus memetakan destinasi wisata diiringi dengan penguatan branding, maka secara perlahan akan dapat menarik minat wisatawan.
"Dampaknya, dapat meningkatkan UMKM, membuka lapangan kerja baik formal maupun informal, dan membangun kuliner nusantara. Dengan begitu, akan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan," katanya.
Sebelumnya, Penggagas Trisakti Tourism Award Wiryanti Sukamdani mengemukakan bahwa pariwisata Indonesia salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi nasional.
"Indonesia adalah mutiara khatulistiwa yang wajib kita kelola dan dijaga sebaik-baiknya. Kita tidak boleh meninabobokan atas sumber daya alam yang melimpah karena pariwisata Indonesia sebagai salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi nasional," ujar dia dalam sambutan acara Trisakti Tourism Awards 2019 di Jakarta, Minggu malam (22/12/2019).