Sabtu 21 Dec 2019 16:20 WIB

Jokowi ke Pertamina: Kalau Nggak Sanggup Ya Ngomong

Jokowi memberi waktu tiga bulan ke Pertama untuk tegaskan posisi bangun kilang Tuban.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Jokowi didampingi Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, dan Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, usai meninjau kilang TPPI di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Presiden Jokowi didampingi Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, dan Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, usai meninjau kilang TPPI di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, TUBAN -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengecek langsung proyek pengembangan kilang Pertamina di Tuban, Jawa Timur yang terintegrasi dengan TPPI. Kedatangan Jokowi ini setelah beberapa kali ia menyampaikan 'kekesalannya' lantaran proyek pembangunan kilang pengolahan minyak mentah yang tak kunjung rampung.

Dikutip dari KPPIP, proyek kilang Tuban merupakan penugasan PT Pertamina dengan kerja sama swasta senilai Rp 199,3 triliun. Pertamina menargetkan proyek pembangunan kilang baru ini bisa rampung pada 2024 mendatang. Namun dalam kunjungannya hari ini, Jokowi meminta proyek ini bisa selesai pada 2023 nanti, meski saat ini masih terganjal masalah lahan.

Baca Juga

"Saya dapat informasi masih menyelesaikan persoalan lahan. Ini juga sudah saya beri batasan waktu. Tidak bisa lebih dari 3 bulan dari sekarang, kalau sanggup ya sanggup. Kalau nggak sanggup, ngomong," ujar Jokowi usai berkeliling area kilang eksisting TPPI di Tuban, Sabtu (21/12).

Jokowi memberi waktu tiga bulan kepada Pertamina untuk menegaskan posisi dan strateginya untuk membangun kilang di Tuban. Setelahnya, Pertamina diminta tancap gas untuk merampungkan proyek kilang sebelum akhir 2023.

Proyek kilang Tuban yang ditugaskan kepada Pertamina dengan investor swasta Rosneft ini diharapkan bisa menekan impor petrokimia sebagai bahan baku industri. Ditargetkan, produksi dari kilang Tuban bisa menghemat devisa hingga 4,9 miliar dolar AS atau Rp 56 triliun.

Dalam beberapa kali kesempatan, Jokowi memang sempat menyampaikan kekesalannya karena lambannya progres pembangunan kilang minyak. Padahal menurutnya, kilang merupakan salah satu solusi untuk menekan angka impor dan memperkecil defisit neraca perdagangan.

"Saya sampaikan sebetulnya habis pelantikan yang pertama saya sampaikan, saya minta kilang ini segera dibangun. Tapi sampai detik ini, dari lima yang ingin kita kerjakan, satupun ga ada yang berjalan. Satupun," kata Jokowi saat membuka Musrenbangnas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12).

Presiden mengatakan, pembangunan kilang minyak akan menekan impor minyak yang selama ini dilakukan. Bahkan dengan adanya kilang minyak juga akan memberikan banyak hasil turunan seperti petrokimia. Pemerintah mencatat, selama ini Indonesia mengimpor petrokimia dengan jumlah yang sangat besar yakni mencapai Rp 323 triliun per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement