REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin mengakui kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini pun dinilai menjadi salah satu tantangan dalam menumbuhkan perekonomian Indonesia.
Ma'ruf menyebut, berdasarkan Data Bank Dunia terkait Human Capital Index menunjukkan bahwa Indonesia termasuk kelompok pendapatan rendah-menengah.
"Kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura, Korea, dan Jepang. Angka kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran masih tinggi," kata Ma'ruf saat memberi sambutan dalam acara HUT Ke-31 Asosiasi Emiten Indonesia, Selasa (17/12).
Sementara dari sisi eksternal, menurut Ma'ruf, lambatnya laju perekonomian dalam negeri turut dipicu ketidakpastian kondisi perekonomian global. Diantaranya disebabkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang berkepanjangan.
Kendati demikian, Ma'ruf mengakui selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil yaitu berada di atas level 5 persen. Posisi ini bahkan masih di atas pertumbuhan ekonomi global yang telah direvisi oleh IMF yaitu sebesar 3 persen.
Untuk 2020, pemerintah menetapkan target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 persen. Menurut Ma'ruf, hal tersebut merupakan sinyal positif dan peluang bagi perkembangan dunia usaha.
Dalam mewujudkan hal tersebut, Ma'ruf mengatakan pemerintah mengoptimalkan motor penggerak perekonomian, diantaranya investasi, konsumsi, dan peningkatan ekspor. Pemerintah juga melakukan serangkaian program dan kegiatan untuk menciptakan iklim yang lebih kondusif.
Upaya tersebut diantaranya menyederhanakan sejumlah regulasi melalui penerbitan omnibus law, penyederhanaan birokrasi, dan penciptaan lapangan kerja.