REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menilai, ekonomi Indonesia pada tahun depan masih akan berat. Proyeksi ini seiring dengan masih banyaknya permasalahan dan momentum di skala global yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Salah satu momentum yang dimaksud Suahasil adalah pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada tahun depan. Menurutnya, siapapun yang menang dalam kontestasi itu tetap akan membuat Amerika dan Cina dalam tensi perdagangan. "Sebab, tensi saat ini sudah lebih dari sekadar urusan ekonomi," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Senin (10/12).
Suahasil menyebutkan, permasalahan antara AS dengan Cina sudah mengenai geopolitik. Penyebab utamanya, AS memang tidak ingin Cina maju terlalu cepat. Oleh karena itu, tensi global masih akan tetap ada, termasuk pada dua negara itu sendiri.
Di sisi lain, Jepang masih sulit tumbuh, pun dengan Eropa. Suahasil mengatakan, Inggris juga masih sulit menentukan posisi dan kebijakan pasca Brexit. "Apakah mereka mampu melaluinya secara kredibel?" ucap mantan kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) ini.
Dengan berbagai momentum tersebut, Suahasil memproyeksikan, perekonomian tahun depan masih menantang. Tapi, ia memastikan, pemerintah tetap akan terus melakukan reformasi untuk menghadapinya.
Langkah yang disebutkan Suahasil adalah mengeluarkan dua Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law tentang cipta lapangan kerja. Di dalam regulasi ini, pemerintah akan menciptakan ekosistem yang ramah terhadap investasi, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Suahasil menjelaskan, beberapa poin yang masuk dalam RUU Omnibus Law tersebut akan menyangkut Daftar Negatif Investasi (DNI), reformasi tenaga kerja dan Ease of Doing Business (EoDB). "Ada juga mengenai akusisi lahan," tuturnya.