REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sistem modernisasi pertanian yang dilaksanakan di Jawa Tengah disebut mampu mendukung produktivitas pertanian yang ada di daerah ini. Indikasinya, kendati luas lahan pertanian di Jawa Tengah terus berkurang, hal ini tidak dibarengi dengan penurunan produktivitas pertanian di Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro mengungkapkan dalam lima tahun terakhir lahan pertanian di Jawa Tengah mengalami penyusutan. Penyusutan disebabkan oleh laju pengembangan wilayah maupun untuk kebutuhan pembangunan peningkatan infrastruktur yang ada di daerah.
Namun hal tersebut berbanding terbalik jika dilihat dari produksi pertanian di daerahnya yang justru menunjukkan peningkatan. "Peningkatan produksi pertanian ini salah satunya dipengaruhi oleh modernisasi sistem pertanian yang ada di Jawa Tengah ini," ujar dia, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (3/12).
Suryo menjelaskan, saat ini jumlah petani di Provinsi Jawa Tengah mencapai 2,88 juta. Mereka mengelola lahan sawah hingga mencapai 1.022.570,86 hektare.
"Modernisasi sistem pertanian yangvdimaksud antara lain dilakukan melalui pemanfaatan bibit unggul, pupuk yang terjamin, penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) sampai digitalisasi sistem pertanian," ujar dia.
Saat ini total alsintan yang dimanfaatkan petani Jawa Tengah sebanyak 447.192 unit yang terdiri dari atas 14 item (jenis) kegunaannya. Di antaranya, transplanter sebanyak 1536, power Werder 1242, power teaser 13.487, dryer 440 dan 20.494 rice milling unit (RMU).
Selain itu juga memanfaatkan bibit unggul, seperti kedelai yang merupakan jenis unggul dan di Jawa Tengah kini dikembangkan di Kabupatrn Grobogan. Ternyata, masih menurut Suryo, kiaat modernisasi dan prmanfaatan bibit unggul ini jauh lebih efektif dan mampu menghasilkan selisih panen yang sangat banyak.
Selain pemanfaatan bibit unggul dan penggunaan alat mesin pertanian, Suryo mengakui peran petani milenial berdampak positif pada penerapan sistem pertanian modern tersebut.
Saat ini petani milenial Jawa Tengah sebanyak 975 ribu atau 33,7 persen. Sementara petani usia di atas 50 tahun sebanyak 64,3 persen dan petani milenial dengan pendidikan sarjana sekitar 2 persen atau sekitar 57.600.
Dibandingkan lima tahun sebelumnya, luasan lahan pertanian di Jawa Tengah yang masih mencapai kisaran 1,8 juta hektare, luasan ini relatif berkurang karena penyusutan lahan pertanian. Namun dengan strategi modernisasi sistem pertanian yang diterapkan telah berhasil meningkatkan kuantitas produksi tanaman pangan di Jawa Tengah.
Jika ada tahun 2014 petani hanya bisa menghasilkan 5,3 ton gabah kering giling (gkg) per hektare. Saat ini petani sudah bisa memproduksi 5,8 ton gkg per hektare. "Artinya, dengan total luas lahan pertanian yang ada saat ini, Jawa Tengah mampu memproduksi hingga 9,8 juta ton gabah kering giling atau 6,9 juta ton beras," kata dia.
Capaian ini, masih jelas Suryo, jauh lebih besar dibandingkan dengan produksi tahun 2014 yang hanya mencapai 9,6 juta ton gabah kering giling dengan luasan lahan mencapai 1,8 juta hektare.