Senin 02 Dec 2019 09:07 WIB

Dibuka Menguat, IHSG Rawan Terkoreksi

Masih negatifnya kondisi global berpengaruh pada pergerakan IHSG.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Petugas PPSU menyapu trotoar dengan latar belakang layar pergerakan saham di jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Rabu (27/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan terus tertekan hingga akhir tahun.
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Petugas PPSU menyapu trotoar dengan latar belakang layar pergerakan saham di jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Rabu (27/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan terus tertekan hingga akhir tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan terus tertekan hingga akhir tahun. Sejumlah analis pun mulai mengoreksi target IHSG akhir tahun. 

IHSG pada awal pekan Desember dibuka di level 6.023,61. IHSG menguat sebesar 0,2 persen atau 11,78 poin. Namun, analis memprediksi kondisi ini akan berbalik terkoreksi.

Baca Juga

"Masih Negatifnya berita global dan regional ditambah beberapa khasus didalam negeri membuat kami menurunkan target IHSG di akhir tahun ke level 6220," kata Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, Senin (2/12).

Sementara itu, dalam beberapa pekan ke depan, IHSG masih berpeluang turun test level 5.524. Hans memperkirakan pekan ini IHSG akan bergerak di level support 5.939 sampai 5.767 dan resistance di level 6.100 sampai 6.200. 

Menurut Hans, tertekannya IHSG ini lantaran pasar masih menanti kejelasan negosiasi perang dagang. Pasalnya, dukungan Trump terhadap demonstran Hong Kong beberapa waktu lalu justru semakin memperparah hubungan AS dan Cina. 

"Dampak dan balasan dari Cina atas kebijakan AS akan menjadi perhatian pasar pada pekan ini," kata Hans. 

Dari dalam negeri kisruh pembubaran Reksadana terbukti menekan kinerja IHSG. Beberapa saham blue chip yang ada di dalam daftar produk yang di bubarkan telah mengalami tekanan jual selama sepekan. 

"Kami masih memantau aksi OJK, yang bila konsisten dengan keputusannya mungkin masih akan membubarkan beberapa produk reksadana akibat janji return. Hal ini masih akan memberikan tekanan jual pada pasar saham," kata Hans. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement