REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan diprediksi masih rawan terkoreksi dibayangi sentimen global yang tidak kondusif. IHSG Jumat pagi dibuka melemah 1,57 poin atau 0,03 persen ke posisi 6.115,79. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 0,41 poin atau 0,04 persen menjadi 979,91.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan kebijakan Bank Indonesia memangkas rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dapat memberikan sinyalemen positif bagi pasar di tengah sentimen global yang negatif terkait ketidakpastian perang dagang AS dan China. "Diperkirakan IHSG akan bergerak mixed pada perdagangan hari ini, namun kembali rawan terkoreksi. Faktor internal hanya sekedar menahan tekanan agar indeks acuan BEI ini tidak jatuh lebih dalam," ujar Alfiansyah, Jumat (22/11).
Bank Indonesia (BI) mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate(BI7DRR) sebesar lima persen dan juga memangkas kembali rasio GWM rupiah sebesar 0,5 persen menjadi 5,5 persen untuk bank umum dan empat persen untuk bank syariah yang akan menambah likuiditas ke industri perbankan secara akumulatif sebesar Rp 26 triliun.
Dari eksternal, diperkirakan kesepakatan dagang fase satu antara AS dan China tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Hal itu dikarenakan kondisi yang kembali menegang antara dua negara itu, lantaran China kembali menekan AS untuk pengembalian tarif yang lebih luas.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pun mengakui sebelum hubungan antara China dan AS kembali menegang, Presiden AS Donald Trump membutuhkan waktu sekitar lima minggu untuk membubuhkan tanda tangannya, dengan adanya masalah tersebut. Pihaknya memperkirakan kesepakatan tersebut setidaknya akan dapat dicapai pada awal tahun depan.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain Indeks Nikkei menguat 171,8 poin atau 0,75 persen ke 23.210,4, Indeks Hang Seng menguat 156,5 poin atau 0,59 persen ke 26.623,4, dan Indeks Straits Times menguat 15,33 poin atau 0,48 persen ke posisi 3.207,54.