Kamis 28 Nov 2019 18:24 WIB

Tertekan Faktor Eksternal, IHSG Terkoreksi Hingga 5.900

Pelemahan karena eksternal yang dipengaruhi oleh intervensi Trump terhadap Hong Kong

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Pengendara melintasi layar pergerakan saham di jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Rabu (27/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,16 persen atau turun 69 poin ke level 5.953,06 pada Kamis (28/11).
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Pengendara melintasi layar pergerakan saham di jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Rabu (27/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,16 persen atau turun 69 poin ke level 5.953,06 pada Kamis (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis (28/11) ditutup melemah 1,16 persen atau turun 69 poin ke level 5.953,06 atau turun 69 poin dari penutupan sebelumnya di level 6.023,03. Pada pagi ini, IHSG juga dibuka di zona merah di level 6.013,27. 

Analis Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christopher, menilai pelemahan didorong oleh oleh kekhawatiran investor terkait sentimen global yang masih menunjukkan ketidakpastian. "Dari dalam negeri masih minim sentimen pendorong," kata Dennies, Kamis (28/11).

Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta melihat pelemahan disebabkan faktor eksternal yang kebetulan dipengaruhi oleh intervensi Trump terhadap Hong Kong. Lebih tepatnya, Trump menandatangani undang undang mengenai demokratisasi di Hong Kong. Hal ini pun bisa berimplikasi pada sulitnya tercapai kesepakatan dalam perjanjian perdagangan fase pertama antara AS dengan Cina.

Perekonomian Cina sendiri mengalami pelemahan dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir. Sektor industri Cina kembali menunjukkan perlambatan lanjutan pada bulan November. 

Ekonomi pertumbuhan China sudah memasuki fase paling lambat dalam hampir tiga decade pada kuartal ketiga tahun ini. Ditengah tengah ketegangan hubungan antara Amerika dan China yang mulai mereda, keuntungan perusahaan di China kembali mengalami penurunan. 

Turunnya harga mengindikasikan permintaan domestik yang kian melemah. "Jika efek deflasi tersebut terus berlanjut, maka tentu saja akan lebih merugikan perusahaan, dan hal ini tentu saja akan membuat situasi dan kondisi semakin memburuk," kata Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.

Sepanjang tahun ini, IHSG mengalami pelemahan 3,94 persen dari pembukaan awal tahun di level 6.197,87. IHSG sempat mencapai level tertinggi di 6.500 pada Maret.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement