Selasa 26 Nov 2019 06:02 WIB

IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Jepang untuk Ketiga Kalinya

IMF juga membuat beberapa rekomendasi untuk bank sentral Jepang.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja berjalan melewati televisi raksasa yang menunjukkan pergerakan saham di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang. IMF kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang tahun ini.
Foto: AP Photo/Koji Sasahara
Pekerja berjalan melewati televisi raksasa yang menunjukkan pergerakan saham di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang. IMF kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 ketiga kalinya untuk Jepang. Pemangkasan dilakukan di tengah peningkatan risiko dari perlambatan global. IMF menyerukan kepada pemerintah untuk tidak memperketat sikap belanja saat ini.

Dilansir di Japan Times, Senin (25/11), IMF mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang dari 0,9 persen menjadi 0,8 persen sampai akhir tahun. Kondisi ini masih berlanjut hingga tahun depan dengan proyeksi perlambatan menjadi 0,5 persen.

Baca Juga

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, belanja pemerintah harus terus dilakukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik dan harga. Pasalnya, permintaan domestik Jepang tengah diuji oleh perlambatan global yang terjadi hampir merata di seluruh belahan dunia.

IMF juga membuat beberapa rekomendasi untuk bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ). Di antaranya, penargetan obligasi jangka pendek. IMF juga mengulangi seruannya untuk reformasi struktural yang lebih ambisius guna mendorong pertumbuhan.

"Kebijakan fiskal harus mendukung untuk melindungi pertumbuhan jangka pendek dan meningkatkan momentum inflasi," ujar Georgieva.

Ia juga mengingatkan kepada para pembuat kebijakan di Jepang untuk mengendalikan utang publik yang terus menjulang tinggi. Sebab, di luar jangka pendek, komitmen jelas untuk keberlanjutan fiskal jangka panjang sangat penting.

IMF mengatakan, Jepang tidak harus memperketat belanja. Saran tersebut menggambarkan bahwa pemerintah perlu memperkuat langkah-langkah yang bertujuan mendukung pertumbuhan melalui pajak konsumsi. Langkah tersebut di antaranya rabat untuk pembayaran tanpa uang tunai dan keringanan pajak saat membeli rumah dan mobil.

Uang publik juga dapat digunakan untuk meningkatkan upah pekerja di sektor perawatan kesehatan, menawarkan insentif bagi perusahaan dalam meningkatkan upah dan memperluas ketersediaan fasilitas perawatan anak.

Georgieva mengatakan, ekonomi Jepang termasuk tangguh di tengah perlambatan permintaan. Tapi, ketangguhan tersebut masih harus diuji saat ini, ketika perlambatan global terjadi merata dan ketidakpastian dunia. "Selain itu, oleh tren demografisnya sendiri," katanya.

Diketahui, kini Jepang juga sedang menghadapi tantangan dari tingkat populasi yang menua dan menurun. Kondisi ini berpotensi membebani pertumbuhan ekonomi dan memberikan tantangan lebih lanjut bagi negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement