Ahad 24 Nov 2019 05:32 WIB

Tegal Jadi Lokasi Pelatihan Petugas Verifikas Bawang Putih

Petugas digadang pengawal program peningkatan produksi bawang putih nasional.

Kementan gelar pelatihan petugas verifikasi bawang putih nasional di Tegal.
Foto: Kementan
Kementan gelar pelatihan petugas verifikasi bawang putih nasional di Tegal.

REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Sebanyak 20 petugas verifikasi lapang bawang putih yang merupakan pegawai Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian digembleng pengetahuan teknis budidaya dan pascapanen di Desa Tuwel, Kecamatan Guci, Kabupaten Tegal. Materinya meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan hingga teknik pemanenan. Petugas juga dibekali ilmu teknologi penyimpanan instore dryer untuk mempercepat pengeringan calon benih bawang putih.

Selama kegiatan berlangsung, para petugas yang digadang mampu menjadi pengawal program peningkatan produksi bawang putih nasional tersebut, terlihat sukacita mengikuti seluruh proses pelatihan.

"Saya ingin agar seluruh staf yang bertugas sebagai tim verifikasi tidak hanya memahami administrasi saja, namun mampu menjadi pendamping dinas dan pelaku usaha impor dalam berbudidaya bawang putih. Sehingga, saya anggap kegiatan ini penting. Pemilihan lokasi di Kabupaten Tegal juga sangat tepat, ada cerita sukses, sehingga mendorong saya harus datang dan melihat langsung ke sini," ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat ikut memberikan pembekalan di Mamapi Cafe, Tuwel, Bojong, Tegal Jumat (22/11) lalu.

Prihasto mengatakan peningkatan kapabilitas petugas verifikasi menjadi salah satu perhatian Kementan, terutama untuk mendukung kebijakan pengembangan bawang putih yang melibatkan importir. "Kami ingin petugas verifikasi selain berintegritas tinggi, juga cakap secara teknis dan profesional dalam menjalankan tugasnya di lapangan," tandas pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.

Dipilihnya Kabupaten Tegal sebagai lokasi pelatihan bawang putih karena dinilai memiliki sejarah sukses budidaya bawang putih lokal sejak era tahun 1990-an. "Petani bawang putih Tegal terkenal maju dan memiliki success story yang menggembirakan. Kami dorong Tegal bisa menyelenggarakan Festival Bawang Putih. Harapannya bisa memperkuat posisi Tegal sebagai show window dan percontohan budidaya bawang putih maju di tingkat nasional," tambah Anton semangat.

Anton mengajak semua pihak mendorong harga bawang putih lokal bisa kompetitif dengan bawang putih impor. "Kurun 2 tahun terakhir, sudah banyak kemajuan dalam pengembangan bawang putih lokal. Contohnya ukuran umbi, sekarang sudah mampu menyamai ukuran bawang impor. Kandungan alisin bawang putih lokal juga lebih tinggi, sehingga membuat aroma bawang putih lokal jauh lebih kuat dan nikmat," kata Anton.

"PR kita selanjutnya adalah soal harga. Bayangkan, biaya pokok produksi di Tiongkok hanya Rp 5 ribu per kilogram, sementara bawang putih lokal mencapai Rp 13 ribu per kilo. Mahalnya biaya produksi kita salah satunya disebabkan harga benih yang tinggi. Kalau harga benih bisa ditekan, maka ongkos produksi bisa di harga Rp 7-8 ribu. Bisa lah kompetitif di pasar kalau harganya segitu. Namun, apapun petani harus tetap mendapat keuntungan yang wajar," tukas Anton.

Bupati Tegal, Umi Azizah, mengaku sempat menolak mentah-mentah program bawang putih saat dulu masih menjadi wakil bupati tahun 2015. "Saya yang juga petani bawang putih tahu betul gimana terpuruknya petani bawang putih tegal saat itu. Sehingga saya tidak mau lihat petani kembali berduka dan bangkrut, " ujar umi yang turut serta dalam acara tersebut.

Namun pada tahun 2018, saat panen bersama BI dan Balitsa rasa pesimis berubah menjadi optimis karena ternyata bawang putih Tegal bisa berproduksi optimal kembali. Bahkan generasi petani mudanya sekarang banyak bermunculan. Bahkan Umi mengaku sangat antusias dan mengapresiasi kegiatan yang digagas Dirjen Hortikultura tersebut.

Menurut Bupati yang akrab dengan petani ini, dirinya sangat mendukung dengan upaya pemerintah pusat membangkitkan kembali kejayaan bawang putih nasional yang telah lama tenggelam.

"Potensi pertanian Tegal sangat besar, sehingga jika ada program dapat dibawa ke Tegal bisa membuat petani semakin bergairah. Kami siap jadi tuan rumah rencana Festival Bawang Putih Nasional. Saya titip pesan agar petani bawang putih Tegal untuk tetap semangat," katanya.

Umi menambahkan, berkat kerja keras Pemkab dan masyarakat Tegal, daerahnya mendapat anugerah penghargaan atas pencapaian perencanaan dan pembangunan terbaik tingkat nasional di tahun 2018. "Ini tahun ke 5 kami mendapatkan penghargaan tersebut," ujar Umi bangga.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tegal, Khofifah, tak kuasa menyembunyikan rasa sukacita atas atensi Kementan terhadap petani bawang putih Tegal. Program pemerintah untuk membangkitkan kembali bawang putih sangat dirasakan petani.

Bahkan menurutny, Ibu Bupati sampai menangis kalau mengingat di tahun 1995 pernah buat mesjid senilai 1.5 miliqqaar dan petani berbondong-bondong naik haji, hanya dari bawang putih. Sekarang sejarah tersebut mampu diulang kembali. Bulan ini saja sudah 9 pasutri yang mendaftar haji, semua dari bawang putih.

"Tahun 2019 ini setidaknya sudah 7 importir yang bermitra dengan petani kami. Salah satunya Food Station, BUMD Jakarta mau investasi di sini," terang Opip panggilan akrab Khofifah..

Di lokasi yang sama, Manajer Bank Indonesia Tegal, Bursya, mengapresiasi program pengembangan kawasan bawang putih yang digagas Kementan. "Kebijakan melibatkan swadaya petani, swasta dan APBN dalam pengembangan bawang putih kami nilai mampu memberikan dampak positif kepada petani Tegal. Kebijakan ini sangat pro petani," tandas Bursya.

Menurutnya, Bank Indonesia sejak 2015 telah menginisiasi cluster bawang putih di Tegal. "Tidak hanya cluster bawang putih, BI juga membuat cluster bawang merah dan cabai untuk pengendalian inflasi. Bawang putih ini kami nilai penting karena 99 persen impor dan mempengaruhi ekonomi nasional," terang Bursya yang diamini Bandu Wedyanto, mantan Kepala BI Tegal Periode 2013-2015.

Riswanto, petani bawang putih Tegal mengaku senang bawang putih Tuwel kini telah bangkit kembali, bahkan hasilnya mencapai rata-rata 22 ton per hektar panen basah. Hasil ubinan varietas Tawangmangu bahkan mencapai 37 ton per hektar kondisi cabut basah. Sementara untuk varietas Sangga Sembalun bisa mencapai 26 ton per ha. Khusus varietas GBL asal Taiwan juga mampu tumbuh dengan baik meski tidak sebesar lokal. Ditanya mengenai harapan petani bawang putih, Riswanto menceritakan pengalaman petani tua di daerahnya.

"Kalau dulu hanya dengan jual hasil panen di lahan 1.700 meter persegi bisa untuk petani naik haji. Nah, mudah-mudahan saat sekarang ini dan masa-masa mendatang juga bisa terulang kembali. Harga bawang putih bagus dan stabil, biar bisa jadi modal petani naik haji", ujar Riswanto berharap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement