Jumat 08 Nov 2019 19:09 WIB

Alasan Sriwijaya Putus dari Garuda Group Terungkap

Kuasa Hukum Sriwijaya menyebut tak ada lagi kerja sama manajemen dengan Garuda.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Sebuah pesawat Sriwijaya berada di hanggar GMF milik Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (1/10/2019).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Sebuah pesawat Sriwijaya berada di hanggar GMF milik Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (1/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sriwijaya Air Group memutuskan hubungan kerja sama dengan Garuda Indonesia Group. Kuasa hukum sekaligus pemegang saham Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra memastikan sudah tak ada lagi kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia Group. 

Yusril menjelaskan semula ingin menyelesaikan draft perpanjangan perjanjian kerja sama dengan Garuda Indonesia Group. Hanya saja terjadi deadlock dalam menyusun Board of Directors. 

Baca Juga

"Dalam rapat Jumat (8/11) pagi, para pemegang saham memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia Group," kata Yusril, Jumat (8/11). 

Dia menjelaskan nota pemberitahuan pengakhiran kerja sama tersebut dikirimkan kepada Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, dan GMF Aero Asia pada Jumat ini (8/11). Yusril mengatakan Sriwijaya Air juga memberitahukan secara resmi kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Pemberitahuan tersebut berkaitan dengan manajemen kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya Air. "Sebagai langkah awal pengakhiran, para pemegang saham telah memutuskan mengangkat BOD Sriwijaya yang baru yang seluruhnya berasal dari internal Sriwijaya Air," kata Yusril.

Dia menambahkan Sriwijaya Air juga sudah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari Garuda Indonesia Group untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya. Yusril menganggap kerja sama dengan Garuda Indonesia Group selama ini merugikan kepentingan Sriwijaya Air karena terlalu banyak konflik kepentingan antara anak-anak perusahaan Garuda dengan Sriwijaya Air. 

"Performa Sriwijaya Air tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh Garuda Indonesia Group melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," ungkap Yusril. 

Yusril mengatakan langkah selanjutnya akan mengundang Garuda Indonesia Group untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerja sama yang sudah berlangsung selama setahun itu. Yusril meminta BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya Air selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari Garuda Indonesia Grup untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama kerja sama berlangsung. 

Yusril memohon maaf kepada masyarakat karena pelayanan Sriwijaya Air kurang baik selama manajemennya ditangani oleh direksi yang mayoritas berasal dari Garuda Indonesia Group. "Selanjutnya Sriwijaya Air akan kembali bekerja secara profesional melayani pelanggan sebagaimana selama ini dilakukan oleh Sriwijaya," kata Yusril.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement