Jumat 08 Nov 2019 15:38 WIB

Mimpi UMKM Menggapai Pasar Ekspor

Jumlah UMKM di Indonesia disebut mencapai lebih dari 59 juta pelaku.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Pengunjung melihat produk kerajinan UMKM. ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO
Pengunjung melihat produk kerajinan UMKM. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perdagangan global adalah mimpi bagi setiap pengusaha mikro, kecil dan menengah Indonesia. Pasar luar negeri terasa masih sangat jauh dari jangkauan bagi pedagang dengan produksi skala kecil.

Kalau pun bisa, harga yang mereka tawarkan kalah jauh bersaing dengan produk pabrikan asal China. Pemilik Kaywoodwatch, Rizki Pebriani yang memproduksi jam tangan kayu mengaku belum bisa memasok permintaan masif dari luar negeri.

Baca Juga

"Permintaan itu sudah banyak sekali, ada beberapa yang dijalani, tapi kebanyakan saya tolak," kata Rizki saat ditemui Republika di Sharia Fair Festival Ekonomi Syariah di Surabaya, Jumat (8/11).

Ia mengatakan tidak tahu cara mengirim barang ke luar negeri, termasuk cara transaksinya. Rizki membayangkan risiko yang sangat besar akan menghadang produknya saat terbang melintasi benua. Banyak kekhawatiran yang membuatnya urung.

Beberapa permintaan yang akhirnya ia terima kebanyakan karena pembeli keukeuh. Ia pernah menjual hanya dua buah jam tangan namun ongkos kirimnya mencapai lebih dari Rp 1 juta. Pembeli tidak keberatan dan transaksi pun bisa berjalan dengan Paypal.

Ia juga pernah mendapat permintaan hingga 15 ribu jam tangan. Tak bisa memenuhi, calon pembelinya itu akhirnya memesan ke China. "Siapa yang bisa membuat jam tangan kayu 15 ribu dalam waktu singkat, harganya murah lagi," kata perempuan 39 tahun ini.

Meski begitu, dengan keterbatasannya Rizki telah mengirim produk ke pasar Afrika, Asia dan Eropa meski jumlahnya masih di bawah 100 item dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kualitas produk Indonesia boleh dibilang sangat bersaing.

Namun jumlah untuk kuantitas produksi dan harga, Indonesia masih tertinggal. Di beberapa produk, ini bisa diakali dengan sistem konsinyasi. Misal untuk ekspor makanan, UMKM bisa bersatu mengumpulkan produk yang sama.

Ini yang dilakukan oleh Nurchaeti, pemilik CV N&N yang sudah mengekspor kripik buah hingga ke mancanegara. Perempuan asal Jakarta ini mengatakan saat pertama kali ekspor, ia sendirian.

Ia sudah berhasil menembus pasar Eropa, mulai dari Prancis, Belgia, Jerman. Ini menunjukkan bahwa produk Indonesia diterima di pasar global.

"Tapi kemudian, permintaan meningkat drastis, mereka minta dikirimkan dua kontainer, tiga, banyak sekali yang saya tidak sanggup," kata dia.

Tidak rela berhenti, Nurchaeti kemudian menggandeng teman-temannya yang punya usaha sama untuk menyediakan produk. Mereka melakukan kurasi, menyamakan standar, mengurus legalitas ekspor, hingga akhirnya masalah kuantitas permintaan bisa teratasi.

Ia dan teman-temannya sesama pengusaha UMKM kini sering mengisi pameran di luar negeri. Pernah saat ikut ekspo di Eropa selama 14 hari, pada hari ke-10 barang produk UMKM sebanyak dua kontrainer ludes tak bersisa.

Saat itu ia membawa berbagai macam produk UMKM. Mulai dari makanan, kerajinan tangan, produk fashion, akar wangi, lampu-lampu, hingga produk perlengkapan rumah.

"Orang-orang Eropa, mereka itu sangat suka dengan produk dari Indonesia, mereka mengakui kualitas kita," katanya.

Jumlah UMKM di Indonesia disebut mencapai lebih dari 59 juta pelaku. Profil mereka sangat bervariasi. Dari yang hanya memenuhi skala rumah tangga, hingga mancanegara. Pemerintah masih punya tugas untuk memetakan potensinya.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah mengatakan pendataan potensi UMKM memang menjadi pekerjaan rumah pemerintah, termasuk BI Jawa Timur. Difi mengakui perapihan data ini masih sangat lemah.

Menurutnya, ini akan jadi program BI Kanwil Jatim tahun depan. Untuk melakukan pendataan UMKM, mana yang sudah ekspor, siap ekspor, perlu dibina, dan lainnya. Ia mengatakan ini harus dilakukan mengingat potensi UMKM di Jatim mencapai 11 juta pelaku.

"Kita insyaAllah sudah bisa jawab pertanyaan pemetaan potensi, berapa yang sudah ekspor, kita bisa jawab tahun depan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement