REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta pelaku industri perbankan dapat menurunkan suku bunga kredit. Hal ini seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 100 basis poin.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ario Bimo mengatakan perseroan akan melakukan evaluasi penyesuaian suku bunga kredit. “Kita lihat pelan-pelan kalau cost of fund turun kita berani menurunkan (suku bunga kredit,” ujarnya usai acara Indonesia Banking Expo 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (6/11).
Saat ini, lanjutnya, tingkat cost of fund berada pada posisi 3,2 persen dan diprediksi tak jauh berbeda dari level tersebut hingga akhir tahun. Apalagi Bhimo mengaku likuiditas perbankan masih cenderung seret karena pemerintah juga mengambil porsi likuiditas melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN).
“Posisi LDR BNI sebesar 96,6 persen. Kami tak bisa memprediksi waktu transmisi untuk menyesuaikan suku bunga kredit terhadap penurunan suku bunga acuan. Jadi benar-benar melihat dari pasarnya sekarang. Balik lagi kalau rule of thumb seperti itu kalau likuiditasnya ada," jelasnya.
Pada kesempatan sama Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso menambahkan tingkat suku bunga akan mengikuti pasar. Jadi, perseroan tidak memiliki alasan untuk menahan tingkat suku bunga hanya saja membutuhkan waktu transmisi untuk penyesuaian.
"Misalnya, suku bunga turun hari ini, tetapi kami masih punya dana yang tenornya paling cepat satu bulan. Jadi, kami masih punya liabilitas yang jatuh temponya satu bulan ketika suku bunga turun hari ini. Artinya itu masih butuh transmisi dan butuh waktu," jelasnya.
Sementara Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Panji Irawan mengatakan perseroan akan mempertimbangkan persaingan di pasar sebelum menurunkan suku bunga kredit terutama besaran cost of fund.
"Karena dua-duanya bagian dari industri juga. Jadi dalam kaitan itu pastilah kami respons, tidak mungkin tidak respons," ucapnya.
Saat ini, Bank Mandiri telah menurunkan bunga kredit pada rentang 25-50 basis poin sejak awal tahun. Hal ini sejalan dengan penurunan bunga acuan bank sentral.
“Penurunan suku bunga kredit paling besar terjadi pada segmen KPR dan kredit korporasi,” ucapnya.
Sedangkan Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan tingkat suku bunga kredit bukan satu-satunya faktor yang menentukan pertumbuhan kredit.
"Sekarang BI sudah turunkan 100 bps tetapi sampai saat ini pertumbuhan kredit belum capai dua digit (12,88 persen). Kondisi ini berbanding terbalik dengan kinerja kredit tahun ini. Jadi pertumbuhan kredit bukan hanya karena suku bunga,” ucapnya.