REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengevaluasi secara menyeluruh rantai pasok gas industri di lapangan. Jokowi heran harga gas industri saat ini masih tinggi, berada di kisaran 9-11 dolar AS per MMBTU.
Harga jual saat ini pun jauh di atas ketentuan dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 40 tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi yang mengatur harga jual di angka 6 dolar AS per MMBTU. Jokowi mengaku sudah meminta Kementerian ESDM menyisir lagi apa yang membuat harga jual gas industri bisa jauh melambung di atas harga kepala sumur.
"Ini yang buat harga sampai 9-11 (dolar AS per BBMTU) ini dari mana? Hitungannya dari mana? Sebelumnya harga sekian kok setelah sampai user angkanya setinggi itu?" ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jumat (1/11).
Jokowi menduga, mahalnya harga gas industri ini disebabkan harga sewa pipa distribusi gas yang cukup tinggi. Ia memisalkan, harga sewa pipa dari sumur gas di Dumai, Riau menuju Jawa yang mahal membuat harga jual gas kepada pelaku industri di Jawa juga mahal.
"Data yang saya miliki, sepertinya harga gas onshore ini masih normal. Begitu ditarik ke industri, kok jadi mahal," katanya.
Selain melakukan evaluasi menyeluruh terhadap rantai pasok gas bumi, Jokowi meminta menterinya menyiapkan kawasan industri yang dekat dengan sumur gas. Ide ini bertujuan untuk memangkas jalur distribusi gas dari sumbernya menuju kawasan industri. Harapannya, harga jual gas tak mahal dan harga produksi oleh industri tidak terpukul.
"Kawasan industri ini harus didekatkan dengan sumur (gas)," kata Jokowi.