Kamis 31 Oct 2019 12:45 WIB

Pupuk Indonesia Kembangkan Produksi NPK Hingga 2.4 Juta Ton

Pengembangan kapasitas produksi diperkirakan rampung empat tahun mendatang..

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Maman Sudiaman
Direktur Utama Pupuk Indonesia Holding Aas Asikin Idat.  (Republika/Darmawan)
Foto: Republika/ Darmawan
Direktur Utama Pupuk Indonesia Holding Aas Asikin Idat. (Republika/Darmawan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) (Persero) berupaya mewujudkan pengembangan kapasitas produksi pabrik pupuk Nitrogen Posphat Kalium (NPK) hingga 2,4 juta ton. Menurut Direktur Utama PIHC, Aas Asikin Idat, pengembangan kapasitas produksi pabrik pupuk NPK hingga 2,4 juta ton diperkirakan rampung dalam tiga hingga empat tahun mendatang. Pasalnya pengembangan dilakukan secara bertahap.

"2,4 juta ton itu perencanaan tahun kemarin, bertahap sampai empat tahun akan kita selesaikan," ujar Aas di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (30/10).

Aas menyebut pengembangan pabrik pupuk NPK merupakan upaya dalam menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Dia juga menyebut pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk pertanian. "Kalau memungkinkan juga untuk nonpangan, seperti sawit dan lain-lain. Kebutuhan NPK Indonesia masih cukup banyak. Sekarang masih ada impor dari luar, harapan saya harus dipenuhi dari pabrikan yang ada di Indonesia," ucap Aas.

Aas menjelaskan pengembangan kapasitas produksi pabrik pupuk NPK bertujuan mengejar kekurangan pasokan NPK domestik sekitar 3,9 juta ton dari total kebutuhan nasional sebesar 11,1 juta ton. Proyek pengembangan ini merupakan langkah strategis yang dilakukan Pupuk Indonesia Grup dalam menjawab tantangan usaha seperti perubahan pola subsidi dan oversupply produk pupuk serta amoniak.

photo
PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama seluruh anak usahanya yang bergerak di bidang industri Pupuk, memastikan ketersediaan Pupuk Bersubsidi di 34 Provinsi cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tiga bulan ke depan.
"Perkembangan proyek NPK 2,4 juta ton berjalan sesuai rencana. Pembangunan sejumlah pabrik NPK di anak-anak perusahaan saat ini ada yang sudah mencapai tahap penyelesaian, yakni pabrik NPK fusion II milik PT Pupuk Sriwidjaja dimana perkembangan pembangunannya sudah lebih dari 96 persen," katanya.

Selanjutnya, proyek NPK Fusion II yang berkapasitas 300 ribu ton ini ditargetkan rampung pada November 2019

mendatang. Adapun proyek yang dibangun di atas lahan empat hektare ini menggunakan teknologi Steam Fused Granulation. Kata Aas, penggunaan teknologi baru ini memungkinkan fleksibilitas berbagai macam formula pupuk NPK diproduksi dengan investasi yang lebih efisien.

"Yang sedang proses pembangunan tahap I yakni pabrik NPK di Pupuk Iskandar Muda, Aceh, berkapasitas 500 ribu ton. Proyek ini efektif dimulai pembangunannya pada Maret 2019 dan diperkirakan selesai pada pertengahan 2021 mendatang," kata Aas.

Selanjutnya, pada tahap II PT PIM akan membangun pabrik NPK berkapasitas 300 ribu ton dengan waktu pengerjaan 2022 sampai 2024. Tak hanya untuk menunjang ketahanan pangan nasional, kata Aas, pengembangan NPK ini juga dilakukan Pupuk Indonesia dalam rangka transformasi bisnis untuk melakukan hilirisasi produk.

"Terlebih, kebutuhan NPK dalam negeri juga masih cukup tinggi dan NPK sendiri merupakan pupuk majemuk yang lebih efisien dibandingkan penggunaan pupuk tunggal," ungkap Aas.

Aas menilai, selain di Palembang dan Aceh, pabrik NPK ini juga nantinya akan dibangun di Cikampek oleh PT Pupuk Kujang dengan kapasitas 200 ribu ton, di Bontang oleh PT Pupuk Kaltim dengan kapasitas 500 ribu ton dan Gresik oleh PT Petrokimia Gresik dengan kapasitas 600 ribu ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement