REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto, menjelaskan salah satu tantangan bisnis hulu migas Indonesia adalah kekuatan modal. Untuk bisa mendapatkan modal yang kuat, maka perlu investor yang sudah stabil dan punya permodalan yang kokoh.
Dwi menjelaskan bisnis hulu migas memakan waktu yang tidak sebentar. Dari proses pembuktian cadangan hingga eksplorasi dan produksi butuh waktu paling tidak lima sampai sepuluh tahun. Untuk itu, kata Dwi, perlu para investor yang punya modal yang cukup dan teknologi yang mutakhir.
"Kita butuh investor yang memiliki kemampuan fianansial yang cukup karena memang bergerak di bidang oil and gas ini waktunya cukup panjang eksplorasi saja kadang waktunya sampai 10 tahun ya belim nanti eksekusi dari hasil eksplorasi," ujar Dwi di Kantor SKK Migas, Kamis (10/10).
Namun untuk bisa menggaet para investor ini, kata Dwi, negara juga sangat berperan penting dalam menciptkan iklim investasi yang menarik. Dwi menjelaskan iklim investasi yang menarik didorong oleh regulasi yang ramah terhadap investor dan juga kelengkapan data migas.
"Tentu saja investor yang kita harapkan masuk di eksplorasi ini investor yang kuat maka untuk itu tantangannya adalah bagaimana kita bisa membangun iklim invesatasi baik," ujar Dwi.
Apalagi, kata Dwi, Indonesia saat ini bukan satu-satunya negara yang memiliki cadangan migas. Dari sisi geografis pun Indonesia berada di tengah-tengah yang menuntut Indonesia harus meningkatkan daya saing global.
"Kita enggak sendirian selalu berada di tengah negara global bagaiaman persaingan antar negara menjadi sangat penting diharapkan jangan sampai ada tumpang tindih regulasi," ujar Dwi.