REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2020 mendatang kebutuhan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) untuk campuran biodiesel diprediksi akan mencapai 9,6 juta kiloliter. Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Djoko Siswanto mengatakan aturan terkait alokasi ini sudah ia teken.
"Sudah saya teken itu jatah alokasinya," ujar Djoko di Kementerian ESDM, Senin (7/10).
Direktur Bioenergi, Ditjen EBTKE, Andriah Feby Misna menjelaskan alokasi 9,6 juta kiloliter tersebut untuk memenuhi kebutuhan FAME untuk program B20 dan B30. Feby menjelaskan sebelumnya jika hanya untuk memenuhi kebutuhan B20 saja, namun kebutuhan FAME ini meningkat karena kebutuhan B30.
"Konsumsi sebenarnya tidak bisa diprediksi, namun karena ada program B.30 makanya size nya jadi naik 9,6 juta kiloliter," ujar Feby di Kementerian ESDM, Senin (7/10).
Sedangkan untuk melancarkan program B30, pemerintah selain membutuhkan pasokan FAME juga membutuhkan pasokan Methanol. Hanya saja, karena produksi methanol belum bisa memenuhi, maka masih perlu pasokan Impor.
"Masih butuh impor. Namun angka pastinya belum ada update," ujar Feby.
Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyarankan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) berkomitmen menjaga pasokan minyak nabati atau FAME.
Jonan menjelaskan, pemerintah saat ini tengah berfokus melakukan uji coba campuran 30 persen FAME dengan diesel (B30) sehingga memerlukan pasokan yang stabil. Ia memperingatkan, bila di kemudian hari komitmen Aprodi tidak dijaga, ia dapat melapor kepada presiden untuk dibuatkan peraturan Domestic Market Obligation (DMO) yang mewajibkan pasokan khusus seperti batu bara.
“(Aprobi) mesti konsisten. Jangan sampai harga minyak kelapa sawit naik, FAME hilang. Nggak boleh hit and run. Sekali commit ya commit. Kalau mentalitasnya hit and run saya akan lapor presiden untuk dibikin peraturan DMO seperti batu bara,” ucap Jonan.