Jumat 20 Sep 2019 13:30 WIB

OECD Proyeksikan Ekonomi Global Hadapi Laju Terlemah

OECD memprediksi ekonomi dunia akan tumbuh 2,9 persen sampai akhir tahun ini.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi global diproyeksikan tumbuh dengan kecepatan paling lambat sejak krisis keuangan atau selama satu dekade terakhir. Prediksi ini disampaikan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada Kamis (19/9). Data baru ini muncul di tengah tensi perang dagang Cina dengan Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi dan mengancam prospek ekonomi terbesar maupun negara lain.

Dilansir di Business Insider, Kamis, OECD memprediksi ekonomi dunia akan tumbuh 2,9 persen sampai akhir tahun ini. Pertumbuhan dapat terus melambat pada 2020 apabila efek dari perang dagang semakin memburuk. Atau, setidaknya, pertumbuhan tahun depan dapat mencapai tiga persen.

Kepala Ekonom OECD Laurence Boone menjelaskan, ekonomi global menghadapi tantangan yang semakin serius. Pertumbuhan yang melambat pun kini semakin mengakar. "Ketidakpastian yang dipicu oleh perang dagang berkelanjutan sudah berlangsung sangat lama. Ini mengurangi aktivitas di seluruh dunia dan membahayakan masa depan ekonomi kita," tuturnya.

OECD juga mengatakan, ketidakpastian seputar Brexit semakin meredupkan ekosistem ekoomi global. Boone memperingkatkan, apabila Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan atau Brexit no deal, akan dapat mengurangi pertumbuhan secara signifikan.

AS dengan Cina diketahui telah mengenakan tarif pada ribuan produk masing-masing negara. Pemerintah kedua negara bersumpah memperluas langkah-langkah hukuman tersebut dalam beberapa bulan mendatang.

Putaran eskalasi berikutnya yang dijadwalkan pada Oktober dan Desember diprediksi akan menargetkan lebih banyak produk konsumen dibanding dengan sebelumnya. Kebijakan ini akan berdampak negatif secara langsung pada aktivitas bisnis maupun rumah tangga.

Dalam laporannya, OECD menyebutkan, ketegangan antara Cina dengan AS yang terus terjadi akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. "Pelemahan yang terus menerus terjadi di sektor manufaktur dan perang dagang berkelanjutan dapat melemahkan pertumbuhan lapangan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga," tulis OECD.

Sementara itu, OECD juga memproyeksikan pertumbuhan AS yang akan melambat dari 2,4 persen pada tahun ini menjadi dua persen pada 2020. Perkiraan ini senada dengan prediksi The Federal Reserve yang menurunkan proyeksi pertumbuhannya untuk AS akibat perang dagang.

Bank sentral itu baru saja menurukan suku bunga untuk kedua kalinya pada tahun ini. Kebijakan tersebut bertujuan membantu perekonomian AS yang kini sedang menghadapi tantangan besar terhadap investasi dan ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement