Senin 16 Sep 2019 13:05 WIB

Harga Batu Bara Turun Sebabkan Ekspor BBM Kontraksi

Harga jual batu bara pada 2019 mengalami penurunan cukup tajam.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Tambang batu bara
Tambang batu bara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penurunan terbesar pada ekspor nonmigas pada Agustus 2019 terhadap Juli 2019 terjadi pada golongan barang bahan bakar mineral. Penurunannya mencapai 157,9 juta dolar AS atau kontraksi 8,23 persen, dari 1,9 miliar dolar AS pada Juli menjadi 1,75 miliar dolar AS pada Agustus.

Penurunan ekspor cukup besar juga terjadi pada berbagai produk kimia dengan total perubahan 74,5 juta dolar AS atau kontraksi 18,53 persen. Kinerja ekspor barang dari karet juga turun 72,8 juta dolar AS.

Baca Juga

"Selain volume turun, ada pembatasan ekspor juga," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (16/9).

Suhariyanto menjelaskan, penurunan ekspor BBM pada Agustus 2019 disebabkan harga batu bara yang turun sampai 44 persen dibanding dengan Agustus 2018. Hal ini terjadi meskipun volume ekspor batu bara naik 8,46 persen secara year on year (yoy).

Dalam periode Januari hingga Agustus 2019, nilai ekspor BBM mencapai 15,0 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 8,57 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, 16,4 miliar dolar AS. Peranannya terhadap total ekspor Januari-Agustus 2019 adalah 14,84 persen.

Kontraksi mendalam juga dialami lemak dan minyak hewan/nabati. Secara Januari sampai Agustus 2019, penurunannya mencapai 19,42 persen, yaitu dari 13,4 miliar dolar AS pada tahun lalu menjadi 10,8 miliar dolar AS di tahun ini.

"Penyebabnya, penurunan harga minyak sawit," kata Suhariyanto.

Golongan barang karet dan barang dari karet juga harus mengalami kontraksi selama periode Januari sampai Agustus 2019. Penurunannya 4,62 persen dari 5,8 miliar dolar AS pada tahun lalu menjadi 5,54 miliar dolar AS pada tahun ini.

Suhariyanto menjelaskan, fenomena karet masih sama seperti bulan lalu, di mana volume ekspor mengalami penurunan meski harganya naik. Kontribusinya sendiri mencapai 4,63 persen dari total ekspor Januari hingga Agustus 2019.

Perilaku dan penyebab dari masing-masing golongan barang yang mengalami kontraksi tersebut memang berbeda.Tapi, Suhariyanto menekankan, harga ataupun volume sawit, batubara dan karet yang mengalami fluktuasi pasti akan berpengaruh besar ke ekspor Indonesia.

"Ketiganya komoditas andalan, dengan kontribusi lebih dari 28 persen (terhadap ekspor total)," ujarnya.

Di sisi lain, masih ada golongan barang yang mengalami pertumbuhan. Peningkatan terbesar pada Agustus terjadi pada perhiasan/permata yang naik 168,8 juta dolar AS dibanding dengan Juli 2019. Ekspor produk ini ditujukan ke Singapura, Swiss dan Hong Kong.

Secara periode Januari sampai Agustus 2019, perhiasan/permata tumbuh 20,75 persen. Pada Januari sampai Agustus 2018 nilai ekspornya 3,8 miliar dolar AS yang naik menjadi 4,6 miliar dolar AS.

Secara keseluruhan, BPS mencatat, kinerja ekspor Indonesia pada Agustus mencapai 14,28 miliar dolar AS. Nilai tersebut mengalami penurunan secara month-to-month 7,64 persen, di mana ekspor Juli 2019 adalah 15,4 miliar dolar AS. Penurunan lebih dalam terjadi secara year-on-year, yakni 9,99 persen dari Agustus 2018 yang mencapai 15,8 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement