Sabtu 14 Sep 2019 07:05 WIB

Fintech Pecahkan Tantangan Sosial Ekonomi Indonesia di Masa Depan

Social enterprise maupun fintech adalah game-changer untuk masa depan

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Fintech Pecahkan Tantangan Sosial Ekonomi Indonesia di Masa Depan. (FOTO: Yosi Winosa)
Fintech Pecahkan Tantangan Sosial Ekonomi Indonesia di Masa Depan. (FOTO: Yosi Winosa)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Perkembangan dunia digital di Indonesia dewasa ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia. Di sisi lain, financial technology (fintech) telah memperoleh momentum yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir di mana startup yang berfokus berinovasi mendobrak layanan keuangan tradisional.

Deputi Akses Permodalan di Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Fadjar Hutomo, menyatakan startup baik itu social enterprise maupun fintech adalah game-changer untuk masa depan digitalisasi dan inovasi untuk memecahkan tantangan sosial ekonomi di masa yang akan datang.

Menurutnya, startup teknologi/digital telah menghasilkan multiplier effect pada banyak Usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka memberi solusi bagi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan ekonomi sehari-hari, semisal nelayan, petani, dan lain-lain, memberi peluang terciptanya lapangan kerja baru.

Baca Juga: Bukan Cuma Fintech, OJK Juga Temukan 49 Entitas Investasi dan 30 Gadai Ilegal

"Bekraf menargetkan startup bisa menyerap 12.000 tenaga kerja. Dan kami ingin mendorong ekonomi kreatif, atau inovasi ekonomi, yang intinya ada nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan, tidak hanya mengambil sumber daya alam. Masalahnya, meski jumlah pelaku UKM kita 60 juta, setara 20 persen penduduk, tapi UKM kita keropos, banyak traders-nya bukan makers. E-commerce-pun misalnya, akan lebih berdampak kalau yang diperdagangkan barang kita," kata dia di sela diskusi TechexChange yang digelar Finmas, belum lama ini.

TechXchange merupakan program yang diinisiasi Finmas untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai industri startup teknologi/digital ataupun fintek lending dan manfaatnya untuk perekonomian Indonesia, dengan mengundang narasumber dari berbagai stakeholder yang memiliki kompetensi dan pemahaman di bidang fintech lending maupun industri sejenis

TecheXChange kali ini menghadirkan Fadjar Hutomo dari Bekraf, Riya Farwati, Kasubdit Bidang Pengembangan Kewirausahaan dan keterampilan Usaha Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Tommy Wiyono, Co-Founder Pintek. Juga turut mengundang panelis dari startup social enterprise di antaranya ARUNA dan Kitabisa.com.

Kasubdit bidang Pengembangan Kewirausahaan dan Ketrampilan Usaha Badan Perencanaan Pembangunan Nasion, Riya Farwati menambahkan pemerintah mencanangkan program Indonesia Emas 2045, yang artinya akan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045 mendatang. Peranan fintek dan startup sangat penting di sini. 

"Ada apa di tahun 2045? Indonesia mengalami bonus demografi di tahun 2035. Dan berdasarkan pengalaman negara Jepang, Korea, dan China itu puncak kejayaan mereka sangat relevan dengan puncak bonus demografi. Dan kalau dilihat mereka hari ini kekurangan pemuda, usia produktif. Itulah fenomena di negara maju, ketika sudah makmur enggan menikah. China pun mulai mengencourage warganya untuk punya dua anak," kata dia. 

Startup Menunjukkan Perkembangan Signifikan

Startup teknologi/digital mengalami perkembangan pesat. Perkembangan yang paling signifikan terlihat dari beberapa bidang seperti on-demand services, fintech, hingga e-commerce. Semula, Jumlah startup tercatat sebanyak 52 perusahan di awal tahun 2015 menjadi 956 di tahun 2018.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), pada 2020 mendatang perkembangan ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan menembus angka US$130 miliar atau setara Rp1.831 triliun. Pertumbuhan ekonomi akan muncul, jika sektor UMKM dapat menggerakkan sektor riil ekonomi melalui bantuan startup teknologi/digital.

Per Februari 2019, jumlah startup hingga kini tercatat mencapai 2.070 startup (catatan startupranking.com). Kondisi startup di Indonesia bersaing secara kompetitif hingga menjadikan 4 startup dengan status unicorn, seperti Gojek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. Wakil Presiden terpilih Maaruf Amin menargetkan pertumbuhan startup mencapai 3.500 pada 2024. Hal ini dinilai Menteri Rudiantara dan para stakeholder bukanlah hal yang tidak mungkin.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement