REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) pernah mengalami turbulensi manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Padahal semestinya perseroan ini menjadi kunci penggerak bisnis justru tidak optimal, sehingga terjadi berbagai situasi yang merugikan perusahaan.
Direktur SDM Pelindo I M Hamied Wijaya mengatakan pihaknya memiliki kewajiban guna melakukan transformasi bisnis. Pembenahan itu pun dilakukan melalui sistem Manajemen Kinerja Elektronik (MKE).
“Kami pernah mengalami keterpurukan, maka perlu dishare sistem MKE. Sistem penilaian kinerja pegawai berbasis digital ini, seluruh perencanaan kerja, target tiap unit kerja, bimbingan, pelatihan dan evaluasi kinerja pegawai masuk ke aplikasi dan dilakukan rutin setiap bulan,” ujarnya saat acara Seminar Mengelola Proses Improvement yang berdampak pada Pertumbuhan Bisnis dan Book Launch di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (5/9).
Menurutnya setiap karyawan wajib memasukkan rencana kerja dalam kurun waktu sebulan secara mandiri pada satu sampai lima bulannya. Hal ini sesuai dengan KPI yang ditetapkan perseroan.
“Maka harus dikaitakan dengan KIPI Corporate, kita cek breakdown setelah dimasukkan dalam sistem dan kaitan dengan pengajian yang nendang,” ucapnya.
Hamied menjelaskan apabila pekerkaan itu sudah dilaksanakan, pegawai harus melaporkannya dengan bukti yang ada secara digital. Pada akhir bulan, atasan wajib mengevaluasi hasil lapioran kerja pegawai mereka.
“Sistem tersebut seluruh pekerja pegawai dari level tinggi hingga terendah dapat terpantau dengan terukur dan transparan,” ucapnya.
Hamied menambahkan sistem ini telah membuat gaji pegawai bisa berbeda satu sama lain karena terukur dari kinerja dan capaian target.
“Jadi bila dulu SDM dianggap sebagai beban, dengan sistem ini saya menyakini SDM adalah mesin dari semua aktivitas yang ada. Selain sistem manajemen kinerja yang kami bangun, ini harus digital supaya tidak ada lagi kertas-kertas adminitrasi,” ucapnya.