Senin 02 Sep 2019 08:22 WIB

BNI Kucurkan Investasi Rp 225 Miliar ke LinkAja

Ada delapan perusahaan BUMN yang berkomitmen berinvestasi di LinkAja.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Linkaja.
Foto: Linkaja
Linkaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengucurkan dana investasi sebesar Rp 225 miliar kepada PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Suntikan modal ini merupakan bagian dari pengambilan saham pengelola aplikasi pembayaran nontunai LinkAja.

Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan penyetoran tahap pertama tersebut telah dilakukan pada semester dua 2019. “Kami ke Finarya sudah memasukan modal tahap pertama Rp 225 miliar per 31 Juli 2019,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/9).

Baca Juga

Selanjutnya, perseroan akan menyetorkan investasi tahap kedua pada akhir tahun ini. Namun, Herry tak menyebut jumlah yang akan dikucurkan pada tahap tersebut.

“Suntikan modal tahap kedua pada Desember tahun ini,” ucapnya.

Sementara Direktur Keuangan BNI yang saat ini menjabat sebagai Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menambahkan perseroan berencana untuk membentuk sebuah perusahaan modal ventura. Pada Rencana Bisnis Bank (RBB) pada tahun ini, BNI telah menyiapkan dana Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar untuk merealisasikan rencana tersebut.

"RBB perseroan menganggarkan Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar untuk membentuk perusahaan modal ventura," ucapnya.

Menurutnya rencana tersebut akan dieksekusi pada semester dua tahun. Hal ini menyusul rencana perseroan untuk menyertakan modal di perusahaan dompet digital milik BUMN LinkAja.

Sebelumnya Direktur Utama Fintek Karya Nusantara Danu Wicaksana menyatakan ada delapan perusahaan pelat merah yang sudah berkomitmen menanamkan dananya di LinkAja. Ke delapan perseroan tersebut antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Danareksa (Persero).

Delapan perusahaan itu akan masuk sebagai pemegang saham di Finarya secara bertahap. Saat ini, mayoritas saham masih digenggam oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero).

Mengutip keterbukaan informasi Telkom di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), delapan BUMN bersama Finarya telah menandatangani lembar kesepakatan terkait rencana penerbitan saham baru oleh Finarya. Nantinya, saham-saham yang diterbikan akan dibeli oleh perusahaan pelat merah tersebut.

Transaksi penerbitan saham baru Finarya diatur dalam perjanjian penyetoran saham bersyarat yang mengatur tentang pelaksanaan penyetoran saham Finarya. Pelaksanaan penyetoran dilakukan dalam tiga tahap.

Tahap pertama penyetoran saham dilakukan paling lambat 31 Juli 2019. Finarya akan menerbitkan saham baru sebanyak 66.526 saham dengan nilai penyetoran Rp 665,26 miliar. BUMN yang akan menyetorkan investasinya adalah Telkomsel, Bank Mandiri, BRI, BNI, Jiwasraya dan Danareksa.

Tahap kedua proses penyetoran dilakukan maksimal pada 31 Oktober 2019. Adapun total saham baru yang akan diterbitkan sebanyak 18.600 saham dengan nilai Rp 186 miliar. Ada tiga BUMN yang akan mengeksekusi, yakni Telkomsel, BTN dan Pertamina.

Tahap ketiga Finarya akan memberikan kesempatan untuk investor BUMN lain yang ingin berinvestasi di perusahaan. Penyetoran saham dilaksanakan paling lambat 31 Desember 2019. Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 80 ribu saham dan nilai penyetoran Rp 800 miliar.

Jika dalam tahap tiga ada investor lain yang berminat maka Telkomsel nantinya hanya memiliki saham sebesar 25 persen, Bank Mandiri 17,03 persen, BRI 17,03 persen, BNI 17,03 persen, BTN 6,13 persen, Pertamina 6,13 persen, Jiwasraya satu persen, Danareksa 0,63 persen dan investor lain 10,02 persen.

Namun jika tak ada investor lain yang berminat maka komposisi saham menjadi Telkomsel 25 persen, Bank Mandiri 19,71 persen, BRI 19,71 persen, BNI 19,71 persen, BTN 7,12 persen, Pertamina 7,12 persen, Jiwasraya satu persen dan Danareksa 0,63 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement