REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut industri minyak dan gas (migas) merupakan industri yang memerlukan modal besar, serta teknologi mutakhir. Karena itu, JK menilai perlunya review yang banyak tentang investasi dan teknologi, serta kerja sama global.
"Karena industri ini tidak bisa bergerak sendiri,” ungkap JK saat menerima delegasi Indonesia Petroleum Association (IPA) di Kantor Wakil Presiden, sebagai keterangan tertulis yang diterima wartawan, Jumat (30/8).
JK menekankan perlunya pengembangan tiga hal tersebut agar dapat lebih mengeksplorasi potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang migas. Apalagi, JK menilai Indonesia telah memiliki sejarah yang panjang dalam kerja sama bisnis migas dengan perusahaan asing, terutama dari Eropa.
“Dua puluh, tiga puluh tahun yang lalu, (proyek migas) hanya di Sumatera dan Kalimantan. Sekarang, di Jawa, Sulawesi, Papua, Maluku, seluruhnya memiliki potensi dan terbuka untuk dieksplorasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,” kata JK.
JK melanjutkan, dalam proyek migas tersebut, banyak melibatkan asing, di antaranya proyek Migas Natuna, pengembangan Blok Masela, dan proyek pembangunan fasilitas gas di Cepu yang dikerjakan oleh PT. Pertamina EP Cepu.
Untuk itu, JK menyambut baik niat kerja sama yang ditunjukkan oleh pihak asing, dan menyatakan keterbukaan, serta optimisme Indonesia dalam kerja sama tersebut. JK pun menyatakan pemerintah akan terus mendorong terciptanya sistem kerja sama yang sederhana dan efisien yang dapat memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak melalui regulasi yang dikeluarkan.
“Pemerintah berharap dengan regulasi ini, tidak hanya dijalankan di atas kertas saja,” kata JK.
Sebelumnya, pimpinan delegasi IPA Louise M. Mckenzie selaku Wakil Presiden IPA bertemu dengan JK untuk melaporkan mengenai persiapan The IPA Convention and Exhibition Convex tahun ini. Rencananya, IPA tahun ini akan mengangkat tema “Driving Exploration and Optimizing Existing Production for Long Term Energy Security” yang akan diselenggarakan pada tanggal 4-6 September 2019 di Jakarta Convention Centre.
“Konferensi ini sangat penting bagi dunia migas dan kami berharap tema yang sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia,” kata Louise.